User Interface (UI) dan User Experience (UX) dalam pengembangan website dan aplikasi memang sangat penting dan saling berkaitan.
Pengertian User Experience (UX)
User Experience (UX) merupakan proses mendesain suatu produk melalui pendekatan pengguna. Dengan pendekatan ini, Anda jadi bisa menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna.
Produk dengan desain UX yang baik akan menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi pengguna saat menggunakan produk Anda. Pengguna jadi mudah dan nyaman saat menggunakan produk.
Adapun, komponen UX ini meliputi bagaimana fitur-fitur yang disediakan pada produk, struktur desain, navigasi penggunaan produk, aspek visual design, dan seluruh aspek interaksi dengan pengguna. UX juga meliputi bagaimana Anda menentukan branding, konten, dan copywriting yang sesuai dengan target pengguna Anda.
Pengertian User Interface (UI)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, UI adalah bagian dari UX yang berupa tampilan visual design sebuah sistem. Tampilan tersebut memungkinkan pengguna terhubung dan berinteraksi dengan suatu produk.
Selain berfungsi sebagai penghubung, UI juga berfungsi untuk memperindah tampilan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Namun, tak hanya harus indah, UI juga harus mudah digunakan.
Beberapa komponen UI diantaranya adalah komponen tombol, ikon tipografi, tema, layout, animasi yang tampil pada produk, dan visual interaktif lainnya. Semua komponen UI tersebut didesain dengan berfokus pada keindahan dan kemudahan pengguna. Jadi, pengguna dapat menikmati produk Anda.
Untuk mengetahui lebih detail mengenai user interface, silakan mampir ke artikel khusus tentang user interface.
Perbedaan User Interface (UI) dan User Experience (UX)
Setelah mengetahui pengertian dari UI dan UX, apakah sekarang Anda sudah mengetahui perbedaan di antara keduanya? Jika belum, tenang saja. Berikut ini kami akan paparkan apa saja sebenarnya perbedaan UI dan UX.
1. Tujuan Desain
Hal yang mendasar tentang perbedaan UI dan UX adalah tujuan desainnya. Fokus pembuatan desain UI dan UX sangatlah berbeda. Desain UI pada sebuah produk bertujuan untuk mempercantik tampilan produk. Sementara desain UX dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan saat menggunakan produk.
Fokus desain UI adalah keindahan tampilan, sementara fokus desain UX adalah kepuasan menggunakan produk.
Sederhananya, desain UI akan mempengaruhi kesan pertama pengguna melihat produk Anda. Sementara itu, UX mempengaruhi bagaimana pengalaman pengguna saat menggunakan produk.
2. Proses Desain
Tujuan desain yang berbeda juga mempengaruhi prosesnya. Oleh sebab itu, proses merancang UI dan UX pun berbeda.
Karena berfokus pada user experience, proses desain UX berlandaskan riset pengguna sehingga menghasilkan produk yang disukai dan dibutuhkan oleh target pengguna. Prosesnya pun melalui banyak tahap dan membutuhkan peran banyak pihak, salah satunya yaitu UX researcher. Setelah melakukan riset, desainer merancang sketsa desain dengan wireframe dan prototype.
Sementara itu, desain UI juga memerlukan riset. Namun, riset yang dilakukan merupakan riset desain untuk membuat desain yang menarik dan sesuai dengan konsep. Di sini, desainer UI juga perlu merancang model desain yaitu dengan membuat mockup terlebih dahulu.
3. Komponen Desain
Komponen yang membangun Desain UI berfokus pada keindahan tampilan produksi. komponen UI tersebut di antaranya meliputi warna, gambar dan video animasi, typography, buttons, dan visual interaksi lainnya.
Sementara itu, komponen desain UX meliputi hampir seluruh komponen pada suatu produk seperti fitur-fitur, struktur desain, dan navigasi. Termasuk juga tampilan interface, copywriting, hingga branding, sehingga diperlukan kolaborasi tim untuk menghasilkan desain produk yang baik.
4. Tools yang Digunakan
Proses pembuatan yang berbeda tentu membutuhkan tools yang berbeda. Untuk desainer UI, keindahan gambar sangatlah penting. Jadi mereka membutuhkan aplikasi yang mendukung pembuatan desain interface yang detail.
Ada banyak aplikasi desain UI yang tersedia seperti Flinto, Principle, Frames X, Adobe illustrator, dll. Aplikasi tersebut dilengkapi beberapa tools pendukung desainer UI seperti tools menambahkan unique interaction icon, easy transitions, UI assets and kits, dll.
Sementara itu, desainer UX lebih membutuhkan aplikasi prototyping desain agar mudah mendapatkan feedback dari pengguna. Beberapa aplikasi prototyping desain yang mendukung desainer UX adalah: Sketch, InVision, Figma, Adobe XD, Axure, dll.
Beberapa fitur yang tersedia seperti tersedia fitur collaboration, real-time editing, easy to test design, dll. Fitur tersebut akan memudahkan desainer UX mendapatkan feedback untuk menghasilkan produk yang user-friendly
5. Skill yang Dibutuhkan
Menjadi desainer UI dan desainer UX membutuhkan skill tersendiri. Beberapa skill yang dibutuhkan seorang desainer UI adalah desain grafis, design branding, creative thinking, dan convergent thinking. Skill tersebut harus dimiliki oleh desainer UI dalam mendesain tampilan produk agar terlihat menarik dan mudah untuk interaksi.
Sementara seorang desainer UX bertanggung jawab membuat desain produk dengan pendekatan pengguna agar mudah digunakan. Oleh sebab itu, mereka harus memiliki skill melakukan riset, analytical thinking, problem solving, critical thinking, dan creative thinking.
Setelah membaca uraian perbedaan UI dan UX di atas, kami juga telah merangkumnya dalam bentuk tabel supaya lebih mudah memahami perbedaan UI dan UX.
Perbedaan User Interface (UI) User Experience (UX)
Tujuan Membuat tampilan produk lebih menarik Memberikan kenyamanan saat memakai produk
Fokus Berfokus pada tampilan yang bagus Berfokus pada kenyamanan pengguna
Elemen Animasi, typography, warna, video, buttons, dll Usability, navigasi, struktur desain, fitur-fitur, interaction design, dll
Based on Desain berdasarkan riset desain dan konsep produk Desain berdasarkan riset pengguna
Tools Spesifikasi utama desain grafis, seperti Flinto, Principle, Frames X, Adobe illustrator Spesifikasi utama prototyping seperti Sketch, InVision, Figma, Adobe XD, Axure
Pre-building Berupa mockup Berupa wireframe dan prototype
Skill yang dibutuhkan Desain grafis, creative thinking, convergent thinking, desain branding. Riset, critical thinking, creative thinking, analysis, problem solving, wireframing.
Workflow Desain UI dan UX
Meskipun UI dan UX berbeda, keduanya tetap harus bekerja secara berkesinambungan agar tercipta produk yang berkualitas. Nah di bagian ini, Anda akan mengetahui bagaimana cara kerja UI dan UX dalam pembuatan produk.
1. Riset UX
Riset UX merupakan langkah awal dalam membuat desain yang baik. Riset dilakukan untuk memahami apa yang dibutuhkan pengguna. Misalnya, untuk membuat website toko online, Anda harus mencari tahu bagaimana kebiasaan orang berbelanja, proses pembayaran yang paling disenangi pengguna dan lain-lain.
Seorang UX Researcher bisa melakukan riset UX melalui beberapa cara, baik melalui user interview atau online survey. Data yang dikumpulkan juga bisa melalui data kualitatif dan kuantitatif.
2. Membuat Information Architecture
Setelah melakukan riset UX, langkah selanjutnya adalah membuat Information Architecture (IA) produk. Information Architecture ini merupakan proses menyusun struktur bagian-bagian pada website dan aplikasi. IA ini akan memudahkan tim untuk memahami konsep sebuah produk.
Untuk membuat IA ini, Anda membutuhkan hasil riset UX yang telah dilakukan. Hasil riset UX didapatkan melalui metode card sorting, yaitu metode memilah dan menentukan buyers persona. Hasil riset tersebut membantu Anda untuk membuat struktur produk berdasarkan perspektif pengguna.
3. Membuat Wireframe
Selanjutnya yaitu proses wireframing. Wireframe merupakan sketsa visual dari sebuah produk. Sketsa desain ini juga menunjukan alur informasi bagi user untuk dapat mengoperasikan produk. Di sinilah peran UX Designer merancang desain.
Proses wireframing meliputi pembuatan sketsa produk yang akan dikembangkan menjadi sebuah produk. Wireframe ini juga akan membantu tim desainer, content dan developer untuk memvisualisasikan bagaimana tampilan produk.
Sketsa desain dibuat dengan Low Fidelity Wireframe (LFW) baru kemudian dibuat versi High Fidelity Wireframe (HFW). Ada banyak tools yang bisa dipakai dalam proses wireframing, seperti Figma, Adobe XD, dan lain sebagainya.
4. Mengatur UX Flows
Setelah membuat wireframe, Anda perlu mengatur flow bagaimana sebuah produk digunakan oleh pengguna. Flow dibuat dengan pendekatan UX agar nantinya pengguna nyaman menggunakan produk Anda.
Flow ini kemudian didokumentasikan agar para developer mudah dalam mengembangkan produk.
5. Membuat Prototype Desain UX
Tahap berikutnya yaitu, membuat prototipe Desain sesuai dengan desain wireframe dan flow yang telah dibuat. Untuk membuat prototipe desain, Anda bisa membuatnya dengan aplikasi seperti Invision, MockPlus, Adobe XD, dan lain-lain.
Prototipe desain tersebut dapat diuji coba oleh internal tim dan langsung diperbaiki jika diperlukan. Jika prototipe desain tersebut telah lolos di internal tim, Anda bisa mengujinya ke user Anda.
6. Membuat Design System
Berikutnya adalah tahap pembuatan design system. Design system dibuat untuk menyimpan segala komponen-komponen desain, terutama komponen desain UI, seperti icon, font, colour palette, dan lain-lain dalam sebuah library.
Di tahap ini, dibutuhkan kolaborasi antara desainer UI dan developer. Desainer UI mulai membuat elemen desain, sementara developer membuat komponen library menggunakan HTML, CSS, Javascript, dan lain-lain.
Dengan adanya design system ini, proses pembuatan desain akan lebih cepat karena elemen desain telah tersedia. Manfaat lainnya adalah desain Anda jadi lebih konsisten dan efisien dalam pengerjaan desain produk lainnya. .
7. Mendesain User Interface
Di tahap ini, seorang UI Designer mulai bertugas mendesain tampilan produk yang menarik. Tahapan ini juga merupakan implementasi dari wireframe yang telah dibuat sebelumnya.
UI Designer akan mempercantik sketsa dengan paduan warna, tipografi, dan transisi antar halaman dengan elemen-elemen yang telah dibuat di tahap sebelumnya. Di tahap ini desainer UI juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip desain UI yang baik.
Desainer bisa menggunakan Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, Sketch App dan aplikasi desain lainnya.
8. Proses Pengembangan produk oleh Developer
Selanjutnya, tahap pengembangan produk oleh Developer. Di tahap ini, desain yang telah lolos uji coba dan didesain oleh desainer UI mulai didevelop oleh para developer.
Meskipun telah masuk ke tahap developing, tugas desainer UI dan UX tidak langsung berakhir. Developer bisa tetap berkolaborasi dan berkomunikasi dengan tim desainer untuk dapat mengatasi permasalahan bersama, jika ditemukan suatu kendala.
9. Design Usability Test
Setelah sebuah produk tercipta dengan tampilan yang baik, produk bisa mulai diluncurkan. Namun, sebelum benar-benar diluncurkan ke banyak orang, produk tersebut perlu melakukan proses uji coba dilakukan dengan memberikan skor pada setiap fitur desain.
Setelah diuji coba, desain tersebut akan mendapatkan saran dan masukan dari pengguna. Desain kemudian direvisi dan dites kembali sampai menjadi sebuah desain yang nyaman dan diinginkan pengguna.
Mengapa UI dan UX Penting dalam Pengembangan Website dan Aplikasi?
Tahukah Anda bahwa UI dan UX dikatakan sebagai salah satu kunci sukses sebuah produk. Kira-kira kenapa ya bisa dikatakan demikian? Menurut beberapa survei dan riset, inilah pentingnya UI dan UX pada sebuah produk.
1. Menghasilkan Produk yang Dibutuhkan Pengguna
Dengan memfokuskan desain pada user experience, Anda dapat membuat sebuah produk dengan fitur-fitur yang memang dibutuhkan oleh pengguna. Produk yang dibuat berdasarkan kebutuhan pengguna akan lebih diminati.
Salah satu perusahaan yang telah membuktikan keberhasilan dari mendengarkan kebutuhan pengguna adalah ESPN. ESPN berhasil meningkatkan 35% pendapatan website mereka setelah mendesain ulang homepage dengan pendekatan user experience.
2. Meningkatkan Kepuasan Pengguna Terhadap Produk
Produk dengan tampilan yang buruk dan sulit digunakan akan cepat ditinggalkan oleh pengguna. Riset dari Dot Com Infoway (DCI) mengatakan 62% pengguna meng-uninstall aplikasi di ponsel mereka karena tampilan berantakan dan sering terjadi eror.
Namun, bila produk Anda memiliki tampilan menarik dan mudah digunakan, pengguna akan puas menggunakan produk Anda. Kepuasan pengguna akan membuat produk Anda tetap digunakan.
3. Meningkatkan Penjualan dan Bisnis
Bila website atau aplikasi bisnis Anda didesain dengan UI UX yang baik, Anda tidak hanya memberikan pelayanan optimal kepada pelanggan. Secara tidak langsung, Anda berarti telah menjalankan strategi peningkatan bisnis.
Forrester Research telah membuktikan bahwa desain UI dan UX yang baik dapat meningkatkan conversion rate sebuah website hingga 400%. Hal itu karena desain UI UX yang baik akan membuat pengguna terkesan dengan tampilan awal dan mudah menyelesaikan kebutuhan di website tersebut. Pengunjung juga akan lebih mudah melakukan conversion dan pembelian.
Bagaimana UI dan UX yang Baik?
Setelah tahu pentingnya UI UX bagi sebuah produk, Anda tentu tidak ingin asal dalam mendesain sebuah produk, bukan? Nah, simak baik-baik bagaimana kriteria UI dan UX yang baik berikut ini.
UI yang Baik UX yang Baik
Konsisten. Konsistensi desain dapat membantu pengguna untuk mengerti pola website atau aplikasi Anda.
Dengan begitu, pengguna akan lebih mudah menggunakan produk Anda. Mereka juga akan lebih familiar dengan produk-produk Anda karena desain yang konsisten. Mudah digunakan (usability). Mudah digunakan artinya, pengguna bisa menggunakan fitur-fitur aplikasi atau website tanpa membutuhkan effort yang berlebih.
Responsif. Tampilan website yang baik harus fleksibel di segala perangkat.
Hal itu agar pengguna bisa melihat tampilan website atau aplikasi dengan baik di perangkat desktop maupun mobile.
Dengan begitu, pengguna bisa tetap mengakses website atau produk Anda di mana saja dan kapan saja. Memiliki nilai (valuable)
Bernilai atau memiliki nilai berarti fitur-fitur yang ada pada produk sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Jika produk tidak dibutuhkan oleh pengguna, produk tersebut belum dikatakan mempunyai nilai yang berharga meski produk tersebut mudah digunakan.
Jelas dan Ringkas
Tampilan website Anda harus terlihat jelas dan ringkas agar pengguna dapat memahami informasi aplikasi atau website Anda. Mudah untuk didapatkan (Adoptability). Sebuah produk yang bernilai seharusnya mudah untuk didapatkan, mudah dibeli, dan mudah diunduh sehingga pengguna bisa dengan mudah untuk memulai menggunakan produk tersebut.
Intuitif
Desain yang intuitif secara sederhana artinya mudah dimengerti secara natural.
Pengunjung jadi dapat dengan mudah memahami flow website Anda tanpa perlu membutuhkan sebuah manual book. Kesukaan (Desirable). Istilah ini berkaitan dengan perasaan emosi tertentu. Misalnya, pengguna merasakan pengalaman yang menyenangkan saat menggunakan produk tertentu.
Kontras Warna yang Baik
Pemilihan warna dalam desain interface sangatlah penting.
Kontras warna yang baik akan memudahkan pengguna membaca dan memahami informasi.
Informasi Terstruktur. Desain UI yang baik tidak hanya harus indah, namun juga mudah untuk digunakan.
Dengan menampilkan informasi yang terstruktur, informasi akan lebih mudah dipahami oleh pengguna. Tidak hanya asal meletakkan gambar, icon, maupun tulisan.
Desain seperti ini akan membantu pengguna untuk bisa lebih fokus dan cepat menyelesaikan kebutuhannya.
Contoh Penerapan UI UX pada Aplikasi dan Website
Untuk memperdalam pengetahuan Anda tentang desain UI dan UX, di bab ini kami akan memberikan beberapa contoh produk yang telah menerapkan desain UI UX.
1. Aplikasi Gojek
Aplikasi Gojek merupakan aplikasi yang bergerak di bidang jasa transportasi, jasa antar makanan, barang, dan lain-lain. Desain aplikasi ini banyak mendapatkan apresiasi dari para penggunanya. Penasaran bagaimana penerapan UI UX di aplikasi Gojek?
User Interface (UI)
Desain Animasi yang Menarik
Konsep desain Gojek sangat friendly dan informal. Desain tersebut berhasil membuat pengguna merasa lebih dekat dan relate dengan layanan yang tersedia dalam aplikasi. Misalnya animasi desain seperti gambar di bawah ini.
Desain tersebut diadaptasi dari realitas hubungan friendzone. Gojek mengadaptasi gambar tersebut sebagai pesan notifikasi ketika pengemudi membatalkan pesanan.
Penggunaan Ikon
Aplikasi Gojek didesain dengan model ikon untuk memudahkan pengguna menggunakan aplikasi.
Jika ingin memesan GoRide, pengguna hanya tinggal klik ikon motor. Ingin memesan makanan atau minuman, tinggal klik ikon sendok garpu. Ikon-ikon gojek ini akan jadi lebih mudah dikenali oleh pengguna.
Penggunaan ikon ini juga membuat pengguna mudah mengenali fitur-fitur dari Gojek. Pengguna jadi lebih cepat menyelesaikan kebutuhannya. Dengan begitu, pengguna akan lebih puas menggunakan Gojek.
Konsistensi Desain
Jika diperhatikan, desain tampilan setiap fitur tidak jauh berbeda. Misalnya layout pada fitur GoRide, GoCar, dan GoSend.
tampilan pemesanan GoCar, Gosend, GoRide
Tampilan layout ketiga layanan ini hampir sama. Yang membedakan hanyalah ikon motor untuk pesanan GoRide atau Gosend dan ikon mobil untuk pesanan GoCar.
Desain yang konsisten membuat pengguna jadi lebih familiar dengan setiap fitur. Pengguna pun jadi lebih mudah dan cepat dalam memenuhi kebutuhannya.
2. User Experience (UX)
Fitur yang Tersedia sangat Usefull
Gojek menyediakan banyak fitur yang menjadi favorite para penggunanya, seperti GoRide (ojek motor), GoCar (taxi mobil), dan GoFood (pesan antar makanan).
Terbukti Gojek telah diunduh sebanyak 142 juta kali dan memiliki 2 juta mitra pengemudi.
Alur Penggunaan Mudah
Dari segi kenyamanan pengguna, Gojek menampilkan flow fitur yang mudah digunakan secara natural. Mari simak flow dari fitur GoRide berikut ini.
Alur pemesanan mudah dilakukan. Misalnya pengguna ingin memesan GoRide, pengguna cukup klik ikon motor. Selanjutnya, pengguna hanya perlu mengisi lokasi tujuan di kolom pencarian dan lokasi penjemputan.
Dan secara otomatis, akan muncul hasil rencana perjalanan Anda lengkap dengan biaya pemesanannya. Kemudahan ini membuat pengguna dapat memesan GoRide tanpa effort yang berlebih. Terlebih terdapat fitur tombol dan copy wording di setiap langkahnya untuk menggiring alur pemesanan.
2. Google
Hampir semua orang menggunakan layanan Google Search. Layanan ini memiliki desain yang sederhana dan mudah digunakan. Nah, untuk lebih memahami bagaimana penerapan UI UX pada Google search, simak uraian berikut ini.
1. User Interface (UI)
Konsep Minimal Interface
Interface Google ini sangatlah simple. Di halaman awal Google Search, Anda hanya akan melihat background putih dan kolom pencarian Google.
Tampilan Google Search simple, jelas, dan sangat berfokus pada tujuan pengguna, yaitu melakukan pencarian. Pengguna jadi dapat dengan mudah menyelesaikan kebutuhannya.
Dengan konsep minimalis tersebut, pengguna bisa langsung melakukan pencarian atau fokus melakukan pencarian. Kebutuhan pengguna pun jadi lebih cepat terpenuhi.
Berbeda dengan mesin pencarian lain, yang menampilkan banyak konten sehingga pengguna bisa terdistraksi oleh konten tersebut.
Konsisten Warna dan layout
Tampilan Google memang didominasi oleh white space dengan style layout yang konsisten. Warna yang minimalis tersebut akan meningkatkan fokus pengguna pada penggunaan fitur pencarian.
Selain warna putih, Google mempunyai colour palette yang konsisten pada setiap fiturnya, yaitu warna biru seperti gambar di bawah ini.
Palette tersebut digunakan dominan di setiap tema produk, toolbars,buttons, dan juga font colour.Konsisten warna tersebut membuat pengguna lebih familiar dengan fitur-fitur Google. Dengan penggunaan warna yang minimalis dan konsisten, pengguna jadi tahu highlight utama dari setiap fungsi.
Jika pengguna ingin klik halaman website di hasil pencarian, pengguna akan klik font yang berwarna biru. Jadi pengguna lebih cepat memenuhi kebutuhannya.
Responsive Ilustrasi dan Ikon
Google memiliki desain UI yang responsive. Artinya pengguna dapat tetap menggunakan layanan pencarian Google di berbagai perangkat dengan kualitas gambar yang stabil.
Grid-system yang buat dengan baik oleh desainer menjadikan ilustrasi dan ikon tersebut dapat ditampilkan baik di perangkat desktop maupun mobile.
Jika di perangkat mobile, pengguna tidak tetap bisa melihat informasi secara presisi menyesuaikan bentuk perangkat. Pengguna jadi tetap bisa menggunakan layanan Google di mana saja dan kapan saja dengan mudah.
2. User Experience
Discoverability (Mudah Digunakan)
Istilah discoverability dalam dunia UX berarti pengguna dapat menggunakan keseluruhan layanan atau menyelesaikan kebutuhan tanpa perlu petunjuk khusus.
Desain fitur Google membuat pengguna lebih cepat mempelajari setiap fitur dan menyelesaikan kebutuhan. Misalnya, jika pengguna ingin mencari perkiraan cuaca hari ini, pengguna cukup mengetik kalimat tersebut. Google akan menampilkan informasi tentang perkiraan cuaca hari ini.
Pengguna cukup klik halaman website dan informasi yang dibutuhkan akan didapatkan. Saking mudahnya pengguna dapat melakukan pencarian apa saja, Google disebut sebagai “Advanced Search”.
Desain Adaptif
Desain adaptif berarti setiap pencarian yang dilakukan setiap pengguna akan menampilkan hasil informasi yang dirancang khusus. Misalnya pengguna mencari “Indonesia”, hasil yang muncul dimunculkan adalah berita, maps, dan gambar.
Sementara jika mencari “IHSG”, hasil yang ditampilkan berupa trafik saham karena IHSG merupakan istilah dalam saham. Oleh sebab itu, hasil pencarian yang muncul adalah tentang finance, berita, gambar, dll.
Dengan dirancang secara adaptif, pengguna dapat langsung menemukan informasi yang dibutuhkan. Pengguna jadi tidak perlu kesulitan dan berlama-lama mencari informasi, sehingga kepuasan pengguna akan meningkat.
Fast and No Errors
Proses yang cepat dan no errors akan meningkatkan kenyamanan pengguna dalam menggunakan produk.
Prinsip tersebut diadaptasi oleh Google. Apa saja yang dicari oleh pengguna akan ditampilkan oleh Google. Misalnya mencari “kucing”, maka Google akan menampilkan 121.000.000 hasil dalam 0.39 detik. Bahkan mencari dengan kata kunci apapun.
Namun, jika kata yang kita cari sangat diluar logika, Google tidak dapat menampilkan hasilnya. Misalnya “zxxxxxzzzzzzyyzyy” maka Google akan menampilkan bahwa pencarian tersebut tidak cocok dengan dokumen web yang ada.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, UI memang merupakan bagian dari UX. Keduanya merupakan elemen penting yang saling membutuhkan dalam pengembangan website atau aplikasi.
Jika desain UX suatu produk sangat baik tetapi desain UI-nya tidak bagus, first impression pengguna juga akan tidak bagus. Sama halnya, jika desain UI suatu produk bagus, tetapi desain UX-nya tidak bagus, pengguna tidak akan suka menggunakan produk tersebut.
Jadi, keduanya harus memiliki desain yang baik sehingga produk Anda disukai oleh pengguna secara keseluruhan. Dengan begitu manfaat produk pun juga dapat dirasakan oleh pengguna.