Tutorial Social Network

Informasi Seputar Media Sosial

Tutorial Computer

Informasi Seputar Komputer

Tutorial Youtube

Informasi Seputar Youtube

Tutorial Blogger

Informasi Seputar Blogger

Tutorial Wordpress

Informasi Seputar Wordpress

Tutorial Website

Informasi Seputar Pemrograman Website

Tutorial Windows

Informasi Seputar Sistem Operasi Windows

Tutorial Linux

Informasi Seputar Sistem Operasi Linux

Tutorial Android

Informasi Seputar Android

Showing posts with label Tutorial Wordpress. Show all posts
Showing posts with label Tutorial Wordpress. Show all posts

Monday, 22 February 2021

Cara Menampilkan Pos Draft Tanpa Harus Mempublikasikannya

Secara default, posting yang masih dalam status draft tidak akan dapat dilihat orang lain kecuali kamu sendiri atau user lain dengan role Administrator atau Editor. Namun dengan plugin Public Post Review, kamu dapat menampilkan pos draft kepada orang lain meski ia tidak memiliki akses login ke situs WordPress kamu.

Baru-baru ini saya mendapat tawaran kerjasama untuk membuat sebuah artikel review mengenai sebuah produk.

Di akhir komunikasi saya dengan pemilik produk tesebut, saya bertanya apakah saya bisa langsung mempublikasikan artikel yang saya buat atau ada review terlebih dahulu dari pihak sana?
Jawabannya tentu saja iya, pilihan yang logis karena sudah pasti si pemilik produk ingin tahu apa saja yang kita tulis dan bagaimana kualitas tulisan yang kita buat.

Setelah itu, muncul masalah baru untuk saya. Bagaimana cara saya memperlihatkan hasil kerja saya kepada client tersebut?
Berhubung hasil jadi pesanannya adalah sebuah artikel blog, tentu ada banyak cara untuk melakukannya. Namun pada setiap cara tersebut ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, misalnya saja:

1. Memberikan artikel dalam bentuk file PDF atau DOC (DOCX).
Ini adalah cara pertama yang terpikirkan ketika saya harus menunjukan tulisan saya kepada client.
Selain berupa file dengan ekstensi umum yang bisa dibuka siapa saja, client juga dapat dengan mudah melakukan perubahan pada tulisan yang ada pada file tersebut, terutama pada file word .DOC/.DOCX.

Meski begitu, ada beberapa kelemahan pada metode ini, seperti:
* Harus melakukan langkah ekstra - Tergantung cara kerja kamu dalam membuat artikel untuk blog, membuat file PDF atau DOCX mungkin akan membuat kamu bekerja dua kali untuk membuat artikel dalam format yang diinginkan klien.

* Tampilan tulisan yang berbeda - Karena ditulis pada media yang berbeda, hasil tulisan kamu bisa saja terlihat berbeda dengan aslinya. Meski begitu rasanya ini bukan masalah besar karena bagi sebagian klien yang terpenting adalah kontennya.

* Keterbatasan file PDF/DOCX - Setelah sering menulis dalam editor WordPress, ada banyak hal yang sulit saya lakukan pada word processor biasa seperti Microsoft Word. Mungkin saya yang tidak terlalu mahir menggunakan MS Word, tapi cukup sulit bagi saya untuk menambahkan kode dengan syntax highlighter atau sekedar menambatkan kode <iframe>.

Semua kelemahan yang ada pada metode ini membuat saya berpikir untuk mencari cara lainnya. Dan hal ini membawa saya ke metode kedua di bawah ini.

2. Memberi akses terbatas ke dalam dasbor admin WordPress
Karena saya tidak ingin bekerja dua kali dan ingin memperlihatkan pos draft yang saya buat seperti saya melihatnya melalui fitur pratinjau pada editor WordPress, saya pikir cara terbaik adalah memberi akses kepada klien untuk melihatnya sendiri pada dasbor admin situs saya.

Cara ini juga sangat baik untuk berkolaborasi dengan klien karena proses revisi menjadi sangat mudah dengan fitur post revision bawaan WordPress.
Untuk melakukannya saya bisa membuat username baru dan memberinya peran sebagai Editor (jangan sebagai Administrator!) agar bisa melihat pos draft yang saya buat.

Meski begitu. ada beberapa kelemahan pada metode ini, seperti:
* Resiko keamanan - Mengundang orang lain ke area sensitif blog kamu jelas mengandung resiko tersendiri. Hal ini pula yang membuat saya ragu untuk melakukannya.

* Resiko human error - Meski masih berhubungan dengan keamanan, human error biasanya terjadi secara tidak sengaja meski sama-sama fatal akibatnya. Saya jelas tidak ingin hasil kerja saya hilang karena keteledoran orang lain.

Kelemahan yang ada pada dua metode tersebut akhirnya membawa saya ke metode ketiga yang saya kira merupakan solusi terbaik untuk memperlihatkan pos draft pada klien saya.

3. Menampilkan pos draft dengan plugin
Melihat dua metode di atas, saya tahu apa yang saya inginkan. Saya ingin bisa memperlihatkan pos draft yang saya buat tanpa harus memberi akses kepada client saya.
Dan ternyata, ada plugin yang bisa membantu saya melakukannya!

{Public Post Review} akhirnya menjadi solusi untuk menampilkan pos draft tanpa harus mempublikasikannya terlebih dahulu.

Untuk menggunakannya, cukup ikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Pasang dan aktifkan plugin Public Post Review.
2. Buka pos yang ingin kamu bagikan kepada orang lain / klien.
3. Pada metabox Publish akan ada opsi baru yaitu Enable public preview, centang opsi tersebut.
4. Setelah dicentang, akan muncul sebuah link. Salin link tersebut.
5. Bagikan link tersebut kepada klien yang ingin melihat hasil pos draft kamu, selesai.
6. Untuk menghapus link tersebut, cukup hapus centang pada opsi Enable public preview.

Sebagai catatan, link tersebut hanya akan tersedia dalam waktu 48 jam saja. Bila link tersebut diakses lebih dari batas waktu tersebut, akan muncul pesan error, "The link has been expired!".

Untuk mengatasinya, cukup buat link baru dengan mengulang langkah di atas.
Namun bila kamu ingin memperpanjang masa habisnya, kamu bisa menambahkan kode berikut pada file functions.php.

add_filter( 'ppp_nonce_life', 'my_nonce_life' );
function my_nonce_life() {
return 60 * 60 * 24 * 7; // 7 Hari
}

Angka di atas ditulis dalam format yang memudahkan kamu untuk mengganti batas waktu dalam hari. Bila kamu ingin batas waktu yang lebih spesifik, cukup ganti dengan satu angka bulat sehingga tampilan drafft pos yang kamu bagikan akan habis dalam sekian detik/menit/jam seperti pada contoh berikut.

add_filter( 'ppp_nonce_life', 'my_nonce_life' );
function my_nonce_life() {
return 14400; // 4 jam
}

Untuk cara yang lebih mudah, ada plugin {Public Post Review Configurator} yang bisa kamu pakai. Cukup masukan angka tertentu (dalam jam), lalu simpan.

Tuesday, 19 January 2021

12 steps to Secure a WordPress Site

As explained elsewhere, a CMS is a type of software that runs on a web server and is accessed through a web browser that are used to create and manage digital content. Among them WordPress is the top rated and widely used CMS.So let’s get started on how to secure a wordpress site in 12 different ways.

We all know that majority of websites run on WordPress.
Website security breaches not only steal data from your server and mess with your website or its layout, but they can also use your server as an email relay for sending spam. There are certain other common ways to abuse compromised machines, which include using your servers to mine for Bitcoins or even hits by ransomware. A hacked WordPress site can cause serious damage to your data, revenue and business. Hacker’s main intention is to steal user data, passwords, install malicious softwares, and can even distribute malware to your existing users.

WordPress security is a great aspect for every WordPress website owner. Don’t be too late to do anything about security. In this article we are discussing few simple tricks that can help you secure your WordPress website from malware and hacks.

1. Keep WordPress Up to date
Every good software provides support from its developers and gets updated regularly. Mainly these minute updates are meant to fix bugs and sometimes they may have vital security patches along with that. Hackers could find backdoors to your website with the outdated, vulnerable WordPress application, themes and plugins.

To prevent this from happening we need to update the WordPress application to the latest stable version. Upgrading WordPress to a stable version will be crucial for the security and stability of your WordPress website. WordPress also comes with a lot of plugins and themes that you can install on your website. These plugins and themes are updated and are managed by third-party developers with regular updates as well. Always make sure that your WordPress, plugins, and theme are up to date. Whenever you login to the WP dashboard and see “Update available” banner, click on it and update your WordPress and plugins. You can also use plugins which automatically updates the outdated versions and also provides you email notification about the outdated software. If you are worried about any new changes please make a backup before updating/installing it.


2. Adjust WordPress Database Table Prefix
While you install WordPress, it is very important to change the table prefixes which will be wp_ by default. Most of the hackers use automated tools that can work out your database structure. Changing the prefix to some other value becomes more difficult to run SQL injection queries. Thus this will be a smart move to keep hackers away from your WordPress sites.

Before you install WordPress, while configuring the wp-config.php configuration file navigate to the wp-config.php file and scroll down until you find the section

/**
* WordPress Database Table prefix.
*
* You can have multiple installations in one database if you give each a unique
* prefix. Only numbers, letters, and underscores please!
*/
$table_prefix = 'wp_';

Add a string to the existing prefix i.e. ‘wp_’, and you are done. For instance, you could go with something like ‘wp_sysally’ so the whole line of code looks like:

$table_prefix = 'wp_sysally_';

Please make sure that you’re only allowed to use letters, numbers, and underscores because you are changing a database table’s name.

Once your changes are made save the wp-config.php file and continue installing WordPress to your website.

3.Change the WordPress Login URL
By default, all the WordPress sites uses the same URL structure for this page. If your WordPress domain name is www.sysally.com, for example, you can log in by visiting www.sysallytestblog.com/wp-login.php or www.sysallytestblog.com/wp-admin.

Any hacker can easily get started with brute force attack knowing that the WordPress admin URL is default. We can easily reduce the risk of getting hacked by changing that URL so that hackers won’t be able to guess it.

Additionally, there is another benefit in changing your login URL because it can reduce a lot of resource-wasting bot traffic to your website.

There are various plugins available for doing this, among them WPS Hide Login is one of the simplest and most common plugin for doing that.

4. Always Use Strong Passwords for Users
The most commonly used WordPress hacking attempts are stolen passwords. Always make sure that use use stronger passwords (Alphanumeric) that are unique for your website. Use strong passwords for WordPress admin area, FTP accounts, databases and email addresses.

Beginners don’t like using strong passwords. They often use small passwords which are very easy to remember, but you are inviting a threat by doing this. The advantage of using a password manager is you don’t need to remember passwords.

Instead of saving in browser, try to remember and use your passwords and also change them regularly to secure your WordPress website. Using long passphrases is a very good idea to keep hackers a little bit away. It is nearly impossible for hackers to predict such long passphrases than a group of random numbers and letters.
If you manage a large team then make sure that you understand user roles and capabilities before you add new users to your WordPress site.


5. Change the default username
It is easier to remember if you keep your WordPress site’s username as the default “admin”, but by doing so, you are setting yourself up for a serious security breach.

Many hackers will use “admin” as a login because attackers hope that site owners won’t change it for any reason. If you change your username to something else, that will protect your website immensely. It will be a good decision if you make this critical change by creating a new user via Users > New User, and then give your new login administrator rights. Afterwards, login with your new administrator account and delete the old default “admin” account.


6. Use email address instead of Username
By default we use username to login to WordPress admin panel. Instead of using a username we can also use email address. I guess not many people are aware of this secure approach. As we discussed earlier in the above session, all are aware of the fact that the default username is “admin”. Hackers often try these type of default usernames for eg : admin,wp_user,user1,user2 and so on. These usernames are easy to predict, while email IDs are unique and they may not be able to guess what your email id is. Also, we can use a unique email address for installing WordPress user account with a valid identifier for logging in. There are also security plugins which allow users to use their email addresses for login with WordPress.

7. Secure wp-config.php
Using a .htaccess file we can restrict wp-config.php. This is the file which holds a critical set of data regarding your database, username, and password.

To deny access to this wp-config.php file, you should add the below code at the top of your .htaccess file:<Files wp-config.php> order allow,deny deny from all </Files>



8. Delete unwanted Plugins
Delete all plugins that you are no longer using on your wordpress installation. If you are occasionally using any plugins make sure that it is properly updated because even a minor update is very important.

Never deactivate an unused plugin, instead delete it completely.


9. Turn off file editing on WordPress
You can disable file editing by adding a single line text to your wp-config.php file.

define('DISALLOW_FILE_EDIT', true);

Make sure that you have made a copy of wp-config.php before editing the original one.By adding this line of code on wp-config.php, you can prevent hackers from making changes to your site via the editor in WordPress.


10. Hide WordPress version number
In the WordPress admin dashboard select updates and at the right bottom we can see the current version of WordPress.This can cause serious issues, because some versions of WordPress are vulnerable to malicious attacks.There maybe backdoors for certain WordPress versions and hackers can easily crack into it. To remove this version number from displaying on the page, we can edit functions.php file by adding the following code.

add_filter( 'the_generator', '__return_null' );

Make sure that you have made a copy of functions.php before editing the original one.


11. Use Plugins and Themes from Trusted Source
Always use Plugins and themes from trusted developers or reputed sources.

To auto-update WordPress Plugins add the following code in wp-config.php file:

add_filter( 'auto_update_plugin', '__return_true' );

To auto-update WordPress Themes add the following code in wp-config.php file:

add_filter( 'auto_update_theme', '__return_true' );
12.Schedule Backup of Your Site

One of the most important thing is to keep regular backups of your WordPress site. In case of an exigency a backup of WordPress data can play a major role in restoring your website. Starting again from scratch is a kind of losing all the current progress.

UpdraftPlus is a very widely used plugin to schedule backups of files and databases to your Dropbox, Google drive or Amazon S3.s


So a wordpress website should be the easy to maintain eyes and nose of your business if its been properly taken care of, the real challenge being handling the security aspects.

The proactive measures you take to tighten your website’s security at the right time, will protect your website well in the future. By setting up the above-mentioned security measures and regular backups, you can reduce the chance of hacking to a large extent.

How to Tune and Speed up WordPress Site

A slow website means users will potentially leave your website before it even loads. Check your WordPress site speed through 365andup.com and take your report. Use the report to make WordPress specific optimizations that improve load times.

A good page load time is below 2 seconds. Google recommends a >200ms response time.
Studies shows that the average human attention span have reduced from 12 seconds to 7 seconds in the period 2000 to 2016. i.e you have very little time to show your content and convince the users to stay on your site. According to studies a 1 second delay in page load time can lead to 7% loss in conversions, 11% fewer page views and 16% decrease in customer satisfaction.

Also Google and other search engines have started penalizing slow websites by pushing them down in the search results which results in low traffic for the website for slower websites. So, if you want more traffic, subscribers and revenue from your website then you must make your WordPress website fast.

2 primary factors i.e your cache techniques and hosting are the 2 things that have the biggest impact on load times.
The primary causes for a slow WordPress website are;
Web Hosting – When your hosting server is not properly configured then it can hurt your website speed.
WordPress Configuration – If your WordPress site is not serving cached pages then it will overload your server thus causing your website to be slow.
Page Size – Mainly images that are not optimized for web.
Bad Plugins – If you’re using a poorly coded plugin, then it can significantly slow down your website.
External scripts – External scripts such as ads, font loaders, etc can also have a huge impact on your website performance.

1.Update WordPress
Update WordPress core, theme, plugins, and framework if you use one. WordPress is updated frequently. Each update will not only offer new features, but also fix security issues and bugs. Your WordPress theme and plugins may have regular updates, too. As a website owner, it’s your responsibility to keep your WordPress site, theme, and plugins updated to the latest versions. Not doing so may make your site slow and unreliable, and make you vulnerable to security threats.

2.Upgrade your Hosting
Your WordPress hosting service plays an important role in website performance. The optimization techniques available to you will depend on your hosting setup.

On a shared hosting server you share the server resources with many other customers. Another option is to use a managed WordPress hosting service. But, in both cases, your access level is limited, and you won’t be able to tune server side configuration.and if your neighbouring site gets a lot of traffic, then it can impact the entire server performance which in turn will slow down your website.

If you are on your own dedicated/VPS hosting, go ahead with the best ways that we found to consistently speed up your WordPress.

3.Apache Tweaks
Apache is a fast, reliable, and flexible server but is heavy on resources by default. If you are running a VPS, and using it just for WordPress, you can make some small tweaks to your configuration and get some significant performance gains.

Please note, by default Apache comes with lots of unnecessary installed modules. Some modules that are particularly resource eating, that you should disable if you don’t need them.So it’s recommended to disable all those modules that are not in use. You can list all the compiled modules of web server, using following command;
# grep LoadModule /etc/httpd/conf.modules.d/00-base.conf


To disable the particular module, you can insert “#” at the beginning of that line and restart the service.


Apache MPM Prefork Module
This Multi-Processing Module (MPM) implements a non-threaded, pre-forking web server. This module controls the number of processes and spare processes Apache will start and run. This is especially important if you are running a small VPS that is handling MySQL and Apache.

Prefork and worker are two type of MPM apache provides. Both have their merits and demerits.
By default mpm is prefork which is thread safe.

Prefork MPM uses multiple child processes with one thread each and each process handles one connection at a time.

Worker MPM uses multiple child processes with many threads. Each thread handles one connection at a time.

# httpd -V | grep MPM
Server MPM: prefork

Most critical hardware item to be taken into account is the amount of RAM allocated for each Account/Apache process. While you cannot control this directly, but can restrict the number of processes/values by adjusting the following values in the apache configuration file; # vi /etc/httpd/conf/httpd.conf StartServers 8 MinSpareThreads 5 MaxSpareThreads 20 ServerLimit 256 MaxRequestWorkers 30 MaxConnectionsPerChild 1000 


StartServers:- The StartServers directive sets the number of child server processes created on startup. As the number of processes is dynamically controlled depending on the load.
MinSpareThreads:- The MinSpareServers directive sets the desired minimum number of idle child server processes.
MaxSpareThreads:- The MaxSpareServers directive sets the desired maximum number of idle child server processes.
MaxClients:- MaxClients directive sets the limit of the number of simultaneous requests that can be supported.
MaxRequestWorkers:- The MaxRequestWorkers directive sets the limit on the number of simultaneous requests that will be served.
MaxConnectionsPerChild:- The MaxConnectionsPerChild directive sets the limit on the number of connections that an individual child server process will handle.

KeepAlive and KeepAliveTimeout
The Keep-Alive extension and the persistent connection provide long-lived HTTP sessions which allow multiple requests to be sent over the same TCP connection. When a client uses a Keep-Alive connection, it will be counted as a single “request” for the MaxConnectionsPerChild directive, regardless of how many requests are sent using the connection.

# vi /etc/httpd/conf/httpd.conf
KeepAlive On

Keep Alive Timeout is the number of seconds Apache httpd will wait for a subsequent request before closing the connection.Setting KeepAliveTimeout to a high value may cause performance problems in heavily loaded servers. The higher the timeout, the more server processes will be kept occupied waiting on connections with idle clients.

# vi /etc/httpd/conf/httpd.conf
KeepAliveTimeout 5

Adjust Timeout
This directive tells Apache how many seconds to wait while receiving an incoming request, processing it, and sending back a response. Default value is 300 secs, but it is best to keep this value as low as possible to prevent resource wastage.

Timeout 40

4.Mysql Innodb Tweaks
Databases are the “brains” of your website: They store the valuable data that you show on your pages. The content management systems have to rely on databases (SQL, NoSQL, XML, JSON and such) to store your data. WordPress has no difference, it uses MySQL to store the static and dynamic content along with your website information, WordPress settings, user details and so on.

Please note that Databases have a powerful standard to keep, serve and alter your data, but if you use them wrong and forget to maintain, they will get fat and bloated, which lead to slowness of the websites.

Ensure that an upgraded Mysql version with InnoDB storage is using in your server. MariaDB/MySQL 5.5.4 introduces new configuration settings for the InnoDB storage engine. This can greatly improve MySQL’s InnoDB performance, both in read and write operations. One of those settings is innodb_buffer_pool_instances. The innodb_buffer_pool_instances divides the InnoDB buffer pool into separate instances. To enable multiple buffer pool instances, set the innodb_buffer_pool_instances configuration option to a value greater than 1 up to 64 (the max).

vi /etc/my.cnf

innodb_buffer_pool_size = 128M
innodb_buffer_pool_instances = 2

Please avoid setting innodb_buffer_pool to a value that is higher than the amount of RAM on the server, otherwise it could start to swap out pages and performance will drop quickly.
MySQL Max Connections

The maximum number of simultaneous client connections permitted is controlled by the max_connections system variable. The default value is 151 to improve performance when MySQL is used with the Apache Web server. mysqld actually permits max_connections+1 clients to connect. The extra connection is reserved for use by accounts that have the SUPER privilege. Please keep in mind that, too many connections can cause high RAM usage and lock up your MySQL server.

You could update Max Connections without restarting the service by;

# mysql -u root -p
mysql> set global max_connections := 150;


MySQL thread_cache_size
The thread_cache_size directive sets the amount of threads that your server should cache. The default value is 0 (no caching), which causes a thread to be set up for each new connection and disposed of when the connection terminates. Set thread_cache_size to N to enable N inactive connection threads to be cached. thread_cache_size can be set at server startup or changed while the server runs. A connection thread becomes inactive when the client connection with which it was associated terminates.

You could calculate the thread cache hit rate percentage from the following formula;

100 - ((Threads_created / Connections) * 100)


MySQL query_cache_size
The query cache stores the text of a SELECT statement together with the corresponding result that was sent to the client. When it is enabled, if an identical statement is received later, the server retrieves the results from the query cache rather than parsing and executing the statement again. So the query cache can be useful in an environment where you have tables that do not change very often and for which the server receives many identical queries.

To set the size of the query cache, set the query_cache_size system variable. Setting it to 0 disables the query cache, as does setting query_cache_type=0. By default, the query cache is disabled.

When you set query_cache_size to a nonzero value, keep in mind that the query cache needs a minimum size of about 40KB to allocate its structures.


The query_cache_size value is aligned to the nearest 1024 byte block. The value reported may therefore be different from the value that you assign.

Please find the below query cache config for a normal wordpress installation;query_cache_type = 1 query_cache_limit = 256K query_cache_min_res_unit = 2k query_cache_size = 80M 

MySQL max_allowed_packet
MySQL always splits data into packets. The max_allowed_packet directive defines the maximum size of packet or any generated/intermediate string, or any parameter that can be sent. The largest possible packet that can be transmitted to or from a MySQL 5.6 server or client is 1GB.

max_allowed_packet=16M

5.Use a Content Delivery Network (CDN)
Users from different geographical locations may experience different loading times for the site. Location of your web hosting servers can have an impact on site speed. Using a CDN (Content Delivery Network) can help to speed up loading times for the users. A CDN is a network made up of servers all around the world. Each server will store “static” files used to make up your website. Static files are unchanging files such as images, CSS, and JavaScript, unlike the WordPress pages which are “dynamic”.

When using a CDN, every time a user visits your website they are served with the static files from whichever server is closest to them. Your own web hosting server will also be faster since the CDN is doing a lot of the work.
Working of CDN:

Upon setup CDN uses technologies like anycast, ligttpd and BGP to transmit the static content files from web host’s server to a network of servers that are dispersed at different geographic locations around the world, caching the contents of the file.

When the user’s browser requests a static file that is linked to a CDN, the CDN redirects the request from originating site’s server to a point of presence that is closest to the user. User’s proximity to web servers impact on load time. The closer the CDN server is to user is, the faster the site loads for them.
Advantages of CDN:
Speed – Having a CDN clearly improves site load time.
Crash Resistance – CDN allows you to distribute the load to multiple servers instead of 100% load from the main server thus making it less likely to crash.
Improved user experience – Upon using CDN, there is decline in bounce rate, increase in pageviews and number of pages viewed per user. i.e fast site means improved user experience.
Improvement in SEO – Faster sites have higher rank in search engines like Google. CDN makes your site faster, so you need it for your site to be ranked higher in search engines.

6.Installing/Using Memcached
Memcached is a general-purpose distributed memory caching system. It is often used to speed up dynamic database-driven websites by caching data and objects in RAM to reduce the number of times an external data source (such as a database or API) must be read.

Installing Memcached and related packages can be done by running just one command;

yum -y install memcached

You could update the configuration changes on “/etc/sysconfig/memcached” . We suggest stick on with 64MB cache size, and gradually raise as needed.


Then restart and enable Memcached at boot;

# systemctl restart memcached
# systemctl enable memcached
# systemctl status memcached

Now you will need to install memcache PHP plugin

# yum install php-pecl-memcache

Then restart apache and memcached service to reflect the changes.

# systemctl restart memcached
# systemctl restart httpd

Please run the following command to verify Memcache PHP module is loaded;

# php -m | grep mem
memcache

7.Installing/Using Varnish
Varnish is a web application accelerator, also known as a caching HTTP reverse proxy, which is designed for content-heavy dynamic web sites as well as heavily consumed APIs. As we all knew nobody like to wait ages for a page to load. Varnish can increase the performance of your website and prevent the web server from overloading in case of high server traffic. Varnish receives requests from clients and tries to answer them from the cache. If it cannot answer from the cache it will forward request to the origin server and fetch the response, then store it in cache and same time deliver it to the client. When Varnish has a cached response ready, it is typically delivered in a matter of microseconds.

Before installing Varnish, you will have to install the EPEL repository. You can do this by running the following command;

# yum install -y epel-release

Once it is completed you will be able to install varnish from the following command;

# yum -y install varnish

To configure varnish to start at boot, run the following command;

# systemctl enable varnish

To start varnish, run the following command;

#systemctl start varnish

By default Varnish listens on port 6081. You will need to change port 6081 to 80 so that website requests access the Varnish cache first. You can do this by editing the varnish.params configuration file (/etc/varnish/varnish.params).

VARNISH_LISTEN_PORT=80
VARNISH_STORAGE_SIZE=128M

Now need to make changes in /etc/varnish/default.vcl file. This file contains configuration that points to the content. By default it is set to serve at 8080 and points to host as localhost. The value of .host is localhost by default. It should be replaced with the fully qualified hostname or IP address and .port should be replaced with the web server’s listening port.

# vi /etc/varnish/default.vclbackend default { .host = “your_webserver/IP address”; .port = “8080”; } backend default { .host = “your_webserver/IP address”; .port = “8080”; } 

Configure Apache to work with Varnish
By default Apache listens on port 80. Now, you need to make Apache to run behind Varnish caching by changing the default Apache port to 8080 (Which is updated on /etc/varnish/default.vcl).

# /etc/httpd/conf/httpd.conf
Listen 8080

It is always required that you restart all services once changes are made in configuration files.

# systemctl restart httpd
#systemctl restart varnish

We suggest you to wait some days and view varnishstat to get an idea of what your “warm” cache looks like. If you are seeing a lot of misses or that Varnish is utilizing all 128Mb, you can then consider raising the storage value as desired.

8.Enable PHP opcode cache
OpCode Caches are performance enhancing extension for PHP and it improves PHP performance by storing precompiled script bytecode in shared memory, thereby removing the need for PHP to load and parse scripts on each request.

Please note, Opcode caching programs, such as XCache, eAccelerator, and OPCache, are not compatible with the suPHP PHP handler. The caching program will either not function, or will function incorrectly.So we strongly recommend the DSO or fcgi PHP handlers for the OPCache opcode cacher. Also avoid installing multiple PHP caching programs on the same system. Multiple opcode caching programs consume excessive memory and degrade system performance.

For PHP 5.5 and above, Zend OpCache is compiled as a shared extension by default unless you specify --disable-all when configuring Or at the time of easyapache.

Now we need to configure the same by uncommenting /adding the following lines to the php.ini file. Also make sure that opcache.so is located in your extensions directory that is specified in the php.ini file. Once it is completed, restart the service to update the changes.zend_extension=opcache.so opcache.enable=1 opcache.enable_cli=1 opcache.memory_consumption=128 opcache.interned_strings_buffer=8 opcache.max_accelerated_files=4000 opcache.revalidate_freq=60 opcache.fast_shutdown=1 

9.Configure Cache Techniques
Your cache plugin and hosting are the two most important things that improve load times. WordPress pages are dynamic i.e they are built on the fly every time someone visits a post or page on your website. To build your pages WordPress has to run a process to find the required information, put it all together and then display it to the user. This involves a lot of process and this could really slow down your website when you have high traffic. In order to reduce this process every WordPress site need to use a caching plugin. Caching can make your WordPress site anywhere from 2x to 5x faster.

A cache plugin makes a copy of the page after the first load and then serves that cached version to every subsequent user instead of going through the whole page generation process every time. When a user visits your WordPress site which is built using PHP, your server retrieves information from a MySQL database and your PHP files, and then it’s all put together into a HTML content which is served to the user. It’s a long process, but you can skip a lot of it when you use caching instead.

The popular WordPress cache plugins are WP Rocket, WP Super Cache, WP Fastest Cache and W3 Total Cache.

A cache plugin should fix the following items in your report:
Minify (all items)
Gzip (all items)
Inline small CSS/JS
Reduce HTTP Requests
Leverage browser caching
Specify a cache validator
Enable keep-alive
Add expires headers
Reduce DNS lookups
Configure entity tags (ETags)
Prefer asynchronous resources
Remove query strings from static resources
Reduce cookie size (if using MaxCDN)
Use cookie-free domains (if using MaxCDN)
Use a content delivery network (if using MaxCDN)

Friday, 6 November 2020

Langkah Membuat Blog Di WordPress

1. Buka alamat wordpress.com 
Okay, sudah buka website wordpress.comnya belum? Di halaman awal web itu akan muncul tampilian seperti di bawah ini. Yang perlu dilakukan adalah klik tombol create website.


Buka wordpress.com dan create website – cara membuat blog di wordpress yang pertama

2. Masukkan alamat blog yang kalian ingin untuk didaftarkan. 


Nah untuk yang ini, harap disesuaikan dengan tujuan kamu ngeblog dan tipe blog yang kalian inginkan. Alamat blog yang unik dan sesuai dengan tipe ataupun tujuan blog sangat dianjutkan. Siapkan beberapa alamat blog yang kalian ingin daftarkan. 

Pada saat alamat blog kalian daftarkan, akan terlihat apakah nama blog tersebut sudah ada yang pakai atau tidak. Kalau sudah okay, click Create Your Site and Continue ya. 

3. Isi data detail untuk blog WordPress Kamu


Langkah 3 membuat blog di wordpress
Kalau sudah okay langkah keduanya, kita akan diajak ke langkah berikutnya, yaitu detail akun yang ingin kita daftarkan di wordpress.com ini. Isi email, username dan password di masing-masing kolom. 

Untuk username, tolong diperhatikan bahwa user name ini yang akan muncul saat nanti kalian blogwalking dan meninggalkan komen di blog tetangga. Jadi pikirkan baik-baik user name yang ingin kalian pakai ya. 

4. Custom Address


Langkah Mudah Membuat Blog di WordPress #4

Langkah berikutnya dari wordpress.com setelah berhasil input data detail di atas adalah custom address. Langkah ini sebenarnya adalah tawaran dari wordpress.com untuk kita. Apakah ingin menggunakan alamat domain khusus atau tidak. Misalnya saja menggunakan tulisanbloggerindonesia.com dengan harga langganan $18 per tahun. 

Jika kalian ingin menggunakan nama blog dengan domain, bisa pilih yang kalian inginkan, tapi kalau tidak, ya di click yang No Thanks saja. Saya pribadi lebih suka membeli domain dan hosting sendiri alias Self Hosted WordPress. 

Banyak perusahaan hosting yang memberikan domain secara gratis untuk pembelian hosting tahunan. Jadi pikirkan yang masak yakkk – tentunya karena ada Syarat dan Ketentuan berlaku. Saya sendiri merekomendasikan One.com kalau mau yang internasional ataupun Qwords untuk hosting lokal. 

5. Memilih Tema Tampilan Blog
Kalau kalian memutuskan menggunakan domain address, langkah berikutnya pasti bukan ini. Tapi kalau click No Thanks, langkah berikutnya ya ini. Memilih tema tampilan blog. Salah satu yang saya suka dari wordpress.com adalah tema alias theme blog yang dimilikinya. 



Banyak dan sangat mudah dieditnya. Gak perlu paham edit html juga bisa rubah desain theme yang kita inginkan. Nah di langkah ini, saya sarankan kalian memilih dengan baik tema blog yang diinginkan. Atau ya asal pilih dulu karena nanti bisa ganti tema tampilan blog dengan mudah kok. 

6. Jenis Layanan Blog
Nah berikutnya, yang merupakan langkah terakhir dalam membuat blog di wordpress.com adalah memilih jenis layanan blog yang diinginkan. Ada tiga jenis layanan di wordpress yang bisa dipilih. 

Free, Premium dengan biaya $99 per tahun dan Business dengan harga $299 per tahun. Kembali lagi, ini adalah pilihan kalian sendiri ya. Mau pilih yang mana. Beda di antara ketiganya apa saja? Seperti terlihat dalam gambar di bawah. 


Cara membuat blog di wordpress
Free artinya benar-benar layanan gratis untuk blog saja. Tapi bukan berarti support wordpress.com untuk jenis layanan ini jelek ya. Bagus kok. Banyak tema gratis yang bisa kita gunakan. Nah kalau premium itu artinya kita diberi beberapa tema tampilan blog yang premium dalam paket yang kita beli. Termasuk juga menggunakan domain pribadi yang kita inginkan. 

Jadi kalau kita sudah punya TLD – Top Level Domain untuk blog kita, sebenarnya bisa kita gunakan wordpress.com untuk hosting domain blog kita. Layanan premium ini bisa jadi pilihan. Kita gak pusing untuk urusan SEO dan lainnya, karena hosting dengan wordpress.com artinya semua diatur oleh wordpress.com. 

Kalau yang business dapat apa saja? Lebih mahal dari premium, makanya dengan layanan Business kita mendapatkan layanan prioritas, termasuk jumlah tema tampilan blog premium yang lebih banyak dan juga besarnya space yang kita dapatkan lebih banyak alias unlimited. 

Mana yang kalian pilih? Saya pilih yang free karena sejak awal saya sudah katakan kalau akan membuat blog di wordpress.com yang free saja kan. Jadi saya click Select Free saja. 

Nah sebenarnya setelah langkah nomor 6 di atas, artinya blog kalian sudah siap. Tapi wordpress.com akan mengarahkan kalian ke halaman verifikasi email. 

Membuat Blog di WordPress Com
Untuk verifikasi email, ya tinggal buka email yang kalian daftarkan dan kemudian verify. Kemudian customize your site dan pilihan lainnya. Sebenarnya bisa dilakukan nanti kalau gak mau sekarang juga. Customize your site itu untuk mengedit tampilan blog yang kita punya. Nanti pun bisa kita lakukan melalui dashboard blog kita.

Monday, 2 November 2020

Cara Membuat Sitemap di WordPress

Sitemap adalah daftar halaman web yang dapat diakses sehingga bisa terbaca oleh pengguna dan mesin pencari. Mungkin Anda pernah melihat atau menemukan bermacam-macam situs, terutama situs pemerintah yang salah satu link-nya diberi nama ‘sitemap’. Link ini akan mengarahkan pengguna dan mesin pencari untuk menjelajahi semua halaman yang tersedia di website tersebut.

Sitemap diperkenalkan di awal kemunculan internet pada tahun 1994 dan 1995. Ketika itu, sitemap dianggap penting untuk disertakan dalam website. Mungkin saja karena pada tahun-tahun tersebut sitemap website merupakan alat navigasi utama sebelum para desainer memperkenalkan navigasi yang canggih dan mudah digunakan.

Mungkin Anda menganggap bahwa sitemap tidak lagi diperlukan karena sudah ada alat navigasi yang lebih baik dan lebih cepat. Sayangnya Anda salah. Dari sudut pandang SEO, sitemap bahkan sangat diperlukan saat ini. Berikut beberapa keuntungan mengapa Anda membutuhkan sitemap:
Sitemap membuat halaman Website Anda lebih mudah dicari oleh mesin pencari, dan juga indexing akan lebih cepat.
Jika ada perubahan pada struktur website Anda, sitemap akan menginformasikannya pada mesin pencari.
Sitemap juga membantu mesin pencari untuk mengindeks website besar yang memiliki banyak sekali halaman yang tidak terstruktur atau tidak interlinked.

Tiga poin di atas adalah beberapa alasan mengapa sitemap sangat penting dan mengapa Anda harus membuat sitemap untuk website WordPress. Pada tutorial WordPress kali ini, kami akan mengajak Anda untuk mengetahui jenis-jenis sitemap, cara menambahkan sitemap pada WordPress, dan langkah mensubmit WordPress sitemap URL ke mesin pencari. Mari kita mulai.

Yang Anda Butuhkan
Sebelum panduan ini dimulai, Anda harus:
Mengakses WordPress admin area
Mengetahui Perbedaan XML Sitemap dan HTML Sitemap

Secara umum, sitemap dibagi dalam dua kategori: XML sitemap dan HTML sitemap. Perbedaan utama kedua sitemaps ini adalah XML ditujukan untuk mesin pencari, sedangkan HTML dibuat untuk pengguna website.

XML sitemap:
Seperti yang sudah dijelaskan, XML sitemap ditujukan untuk mesin pencari. Selain itu, XML juga berisikan metadata dengan URL website. Metadata berisikan seluruh informasi, termasuk kapan terakhir kali suatu URL di-update, seberapa cepat perubahan berlangsung, dll.

HTML sitemap:
HTML sitemap ditujukan untuk pengguna. Selain itu, HTML juga memberikan navigasi yang lebih mudah. Sitemap ini juga mengarahkan pengguna untuk mengunjungi halaman Contact Us atau Shopping Cart, dll. Tidak diragukan lagi, HTML sitemap selain benar-benar dirancang untuk pengguna, tapi juga menaikkan ranking website karena website Anda lebih mudah digunakan.

Baik HTML sitemap maupun XML sitemap sangat memudahkan mesin pencari untuk menjelajahi halaman. Kedua sitemap ini sangat kami rekomendasikan untuk digunakan – satu untuk mesin pencari dan satunya lagi untuk pengguna. Mengapa? Karena Anda tidak akan kehilangan berbagai elemen penting yang berhubungan dengan SEO dan juga memberikan jamina pengalaman optimal kepada pengguna Anda.

Meskipun Anda menjalankan website populer, atau website baru, atau blog, Sitemap sangat dibutuhkan untuk semua website. Untuk blog baru yang tidak memiliki banyak backlink, sitemap membantu dalam mengindeks halaman web.

Mari kita mulai dengan tutorial terlebih dahulu, kemudian mempelajari bagaimana caranya untuk menambahkan kedua sitemap tersebut pada WordPress.

Langkah 1 – Membuat XML Sitemap untuk WordPress
Ada beberapa cara untuk membuat WordPress XML sitemap. Pada tutorial ini, Anda akan mempelajari cara untuk menambahkan sitemap menggunakan beberapa plugin WordPress sitemap. Mari kita mulai.

Cara 1 – Membuat XML Sitemap dengan SEO Yoast
Yoast SEO plugin merupakan salah satu plugin yang populer dan banyak digunakan untuk mengimprovisasi SEO pada suatu website WordPress atau blog. Plugin ini berfungsi mengatur semua aspek teknis yang berhubungan dengan konten dan membantu Anda untuk menaksir keyword density, tag H1 dan H2, apakah bisa dibaca atau tidak (readability), dll. Yoast SEO plugin juga membantu Anda dalam membuat XML sitemap.

Di bawah ini adalah beberapa langkah untuk menambahkan XML sitemap pada website WordPress Anda menggunakan Yoast SEO plugin:
Install dan aktifkan WordPress SEO by Yoast plugin.

Setelah plugin diaktifkan, lihat SEO -> Features dan aktifkan fitur Advanced setting pages.


Fitur ini akan mengaktifkan XML sitemap untuk WordPress Anda. Halaman baru XML Sitemaps akan muncul di bawah menu SEO. Di sini Anda bisa mengatur berbagai pengaturan, seperti max entries per sitemap, exclude particular pages/posts dari sitemap, dan seterusnya. Anda tidak perlu mengubah apa pun di sini kecuali jika menginginkan custom WordPress sitemap.


Pada langkah ini Anda membuat XML sitemap menggunakan plugin tersebut. URL WordPress sitemap dapat dilihat dibawah Your XML Sitemap.


Cara 2 – Membuat XML Sitemap dengan Google XML Sitemap

Plugin Google XML sitemap Dapat juga digunakan untuk membuat XML sitemap guna memudahkan mesin pencari dalam menjelajahi website Anda.

Plug ini merupakan cara yang mudah dalam membuat sitemap untuk berbagai mesin pencari, seperti Ask, Google, Yahoo, dan Bing. Plug ini pun membuat sitemap untuk semua halaman WordPress dan custom URL. Secara otomatis, plug ini mengirim notifikasi ke seluruh mesin pencari utama manakala konten terbaru dimuat atau di-publish.

Berikut beberapa cara yang bisa Anda ikuti:
Meng-install dan mengaktifkan plugin ini dari WordPress plugin directory yang resmi.


Setelah diaktifkan, plug ini akan secara otomatis menampilkan sitemap untuk website Anda.
Untuk melihat URL WordPress sitemap Anda, bukalah halaman konfigurasi plugin dengan mengklik Settings -> XML Sitemap. Di halaman ini Anda juga bisa mengubah beberapa pengaturan, seperti post/page priority, exclude content, dll.


Langkah 2 – Membuat HTML Sitemap untuk WordPress

Kedua plugin yang telah disebutkan di atas akan membantu Anda dalam membuat serta menampilkan XML sitemap. Gunakan plugin WP Sitemap Page untuk membuat HTML sitemap di WordPress Anda.

Untuk membuat HTML sitemap di website WordPress Anda, ikutilah beberapa langkah ini:
Install dan aktifkan plugin pada website WordPress Anda.
Buat halaman baru dan tambahkan [wp_sitemap_page] shortcode di mana Anda ingin HTML sitemap dapat terlihat.


Publish halaman dan kunjungi URL-nya untuk melihat HTML sitemap Anda.



Langkah 3 – Mensubmit WordPress XML Sitemap ke Mesin Pencari
Langkah 3.1 – Mensubmit XML Sitemap ke Google
Setelah XML sitemap dibuat, Anda disarankan untuk mensubmit sitemap tersebut ke Google search console tool. Hal ini bertujuan untuk memverifikasi diri Anda sebagai pemilik situs. Anda bisa menggunakan salah satu verification methods.
Buka halaman utama Google Search Console dan pilih website Anda.
Klik Crawl dan pilih Sitemaps.
Klik Add/Test Sitemap.

Masukkan URL WordPress sitemap Anda dan klik tombol Submit.


Google membutuhkan beberapa hari untuk memproses submission Anda dan menjelajahi halaman website Anda.
Jika website berisi banyak gambar, kami menyarankan agar Anda juga membuat image sitemap. Anda juga bisa menambahkan video sitemap jika website Anda memuat banyak video.

Langkah 3.2 – Mensubmit XML Sitemap ke Bing
Mesin pencari lain yang bisa Anda masukkan sitemap adalah Bing. Jika Google Search Console digunakan untuk menampilkan sitemap pada Google, maka Bing Webmaster Tools digunakan untuk mensubmit sitemap Anda ke Bing. Tentu saja Anda harus terlebih dulu memverifikasi diri sebagai pemilik website. Anda bisa membaca instruksinya di sini. Selama proses verifikasi berlangsung, masukkan URL WordPress XML sitemap Anda dan klik tombol Add. Anda hanya membutuhkan langkah ini untuk menambahkan sitemap ke Bing Webmaster Tools.




WordPress sendiri memiliki cara yang berbeda untuk pembuatan sitemap, yaitu dengan menggunakan plugin untuk pembuatan sitemapnya. Berikut ini DomaiNesia akan memnjelaskan step by step cara membuat Sitemap di WordPress
Login WordPress Kamu –> Plugin –> Tambahkan Plugin –> Ketikan “Sitemap” –> install Google XML Sitemaps


2. Lalu lihat Plugin yang sudah terinstall lalu klik setting pada Google XML Sitemaps


3. Pilih Basic Options setting seperti gambar dibawah ini


4. Setting sitemap content seperti dibawah ini


5. Setting change frequencies seperti gambar dibawah ini lalu Update Options


Itulah cara membuat Sitemap di WordPress, Lalu Bagaimana cara Upload Sitemaps di google webmastertools?

Berikut Cara Upload / Submit Sitemaps di Google Web Master Tools
1. Pertama-tama kamu harus Login ke Google Webmaster Tools terlebih dahulu https://www.google.com/webmasters/tools/,
2. Lalu klik link website/blog kamu,
3. Selanjutnya pilih menu “crawl” –> “Sitemaps” dan klik “Add/Test Sitemap”, Nah pada saat itu muncul kolom , isikan kode sitemap kamu,

– www.domainesia.com/sitemap.xml (Untuk WordPress)

– Atau masukkan feed blogger Anda seperti di bawah ini :
www.domainesia/feeds/posts/default?max-results=9999&amp;alt=json-in-script&amp;callback=loadtoc

– Bisa juga dengan jenis feed atom.xml-nya

http://domainesia.blogspot.com/atom.xml

Jika jumlah posting/artikel website atau blog Anda lebih dari 1000, fungsikan sitemap berikut ini:
atom.xml?redirect=false&start-index=1001&max-results=1500

4. Setelah kamu selesai meng-copy kode tersebut, untuk menyimpan sitemap, tekan tombol “Submit Sitemap”,

5.Selamat kamu sudah berhasil mendaftar Sitemap ke Google Webmaster Tools.

Kesimpulan
Sitemap merupakan bagian penting dari website. Tujuan utama pembuatan website adalah untuk menyediakan informasi kepada pengguna dan lebih jauh lagi untuk mengamankan top ranking di halaman hasil mesin pencari. Kedua aspek ini akan dihubungkan oleh sitemap yang tidak hanya ada untuk membuat website Anda lebih mudah dicari dan digunakan, tetapi juga membuat penjelajahan dan pengindeksan oleh search engine spiders dan bots lebih cepat.

Untuk meningkatkan keberadaan pencarian website kamu di Google, sitemap sangat bermanfaat untuk membuat website kamu berinteraksi dengan mesin dengan lebih baik. Mesin pencari akan mudah mendapatkan informasi seberapa sering website kamu di update kontennya dan pada category apa kamu sering memperbarui konten dan menentukan rata-rata crawl pada website kamu, itulah beberapa cara setting sitemaps di blog dan wordpress.

Sumber:
hostinger.co.id, domainesia.com

11 Cara Mengoptimalkan Gambar di WordPress

Untuk semakin menambah keindahan postingan blog, biasanya blogger menambahkan opsi multimedia seperti GIF, video dan gambar. Hal ini dilakukan agar pengunjung tidak merasa bosan ketika membaca konten.
Agar upaya tersebut terealisasi secara maksimal, Anda harus benar-benar memperhatikan cara mengoptimalkan gambar di WordPress.

Memilih dan Memilah Gambar Dengan Format File yang Tepat
Sebuah konten akan semakin nyaman dinikmati ketika penulis dan seorang blogger pandai menyinkronkan isi dengan gambar yang disajikan. Anda harus melakukan sistem memilah dan memilih.
Bagian ini dilakukan dengan cara menentukan multimedia jenis apa yang cocok dengan isi setiap kontennya. Kemudian pilih format JPEG untuk jenis gambar hasil fotografi atau umum dan PNG sebagai sajian logo, vektor atau screenshoot yang umumnya memiliki background transparan.

Anda juga bisa mengubah ekstensi gambar menjadi .webp dengan kualitas yang sama namun ukuran file yang sangat kecil, sehingga dapat mempercepat loading blog Anda.

Mengompres Gambar Sebelum Diupload
Jangan terburu-buru untuk mengunggahnya, sebab Anda harus melakukan kompres pada gambar untuk mengoptimalkan tampilan di konten blog. Upaya ini dilakukan dengan cara menemukan keseimbangan antara kualitas dan ukuran.
Kegunaan dari mengkompres gambar ialah agar mendapatkan kualitas tertinggi meskipun ukurannya kecil. Untuk mencegah terjadinya pecah seperti buram atau terdapat kotak-kotak kecil ketika di-zoom.

Menggunakan Alat Optimalisasi Gambar
Pada dasarnya alat ini terdapat dua jenis. Namun, jika Anda hendak mengontrol pengaturan sesuai dengan keinginan, maka dapat menggunakan alat optimalisasi pada desktop.
Beberapa alat optimalisasi gambar yang bisa Anda gunakan di desktop antara lain:
  • Adobe Photoshop
  • Affinity Photo
  • Gimp
  • Paint
  • FastStone Photo Resizer (alat andalan Seni Berpikir untuk mengubah ukuran banyak foto dalam sekali klik)
  • JPEGmini
Apabila Anda merasa bahwa alat di atas kurang sesuai, gunakan saja alat mengoptimalkan gambar otomatis yang tersedia secara online tanpa perlu mengunduh dan menginstall software apapun. Beberapa di antaranya adalah seperti:
  • TinyPG
  • Kraken
  • OptiPNG
  • Trimage
  • ImageOptim
Plugin Kompres Foto pada WordPress
Tahukah Anda jika wordpress menyediakan tools dalam membantu optimalisasi gambar. Layanan tersebut dihadirkan agar blogger semakin mudah ketika hendak membenahi dan mengatasi berbagai keluhan soal multimedia.
Dengan plugin tersebut, pengguna dapat menyelesaikan berbagai masalah terkait dengan optimalisasi gambar.

Beberapa plugin kompres foto WordPress yang bisa Anda gunakan antara lain:
  • ShortPixel
  • Image Optimizer
  • Optimus Image Optimizer
  • Imagify Image Optimizer
  • WP Smush
  • Dan masih ada banyak lagi.
Lakukan Resize Gambar Untuk Penayangan Menjadi Lebih Optimal
Ketika Anda hendak melakukan kiat optimalisasi ada baiknya untuk membuat gambar yang akan diunggah menjadi sesuai dengan ukuran. Caranya ialah memperbaiki terlebih dahulu ukuran dimensinya.

Untuk lebih memaksimalkan cara ini, pastikan menyesuaikan gambar dengan tema yang akan digunakan. Perhatikan secara benar agar tidak terjadi loading lama ketika multimedia tersebut di klik oleh pembaca atau pengunjung blog.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, untuk membantu me-resize gambar dengan cepat dan mudah, gunakan saja FastStone Photo Resizer.

Membuat Gambar SEO Friendly
Cara mengoptimalkan gambar di WordPress bisa Anda lakukan dengan membuat gambar jadi lebih SEO Friendly. Upaya tersebut bisa digunakan untuk memperkaya isi artikel di dalam blog serta berpotensi untuk menyumbang traffic blog.
Dengan melakukan hal ini, ternyata Anda mendapatkan tingkatan ranking lebih bagus pada mesin pencarian google. Trik tersebut sangat mampu memaksimalkan minat pengunjung untuk mampir di blog.

Anda bisa menyematkan keyword pada judul file gambar sebelum diupload ke blog Anda. Anda juga bisa menyematkan keyword pada alt text, yang akan dibahas lebih lanjut di bagian berikutnya.

Memperkecil Ukuran Gambar
Sebagian pengelola blog biasanya salah mengambil persepsi tentang ukuran multimedia yang disajikan. Memberikan ukuran gambar yang terlalu besar ternyata menjadikan proses loading sebuah blog menjadi sangat lama.
Selain melakukan pemilihan format yang tepat, Anda juga perlu untuk memperkecil ukuran menjadi sekitar 50Kb. Hal ini dilakukan agar proses loading konten tidak terhambat. Sebab, semakin besar tampilan multimedia, biasanya rentan terjadi error loading page.

Menambahkan Caption pada Gambar
Pengunjung biasanya cenderung bosan dan mengabaikan proses loading gambar. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda bisa menambahkan caption di bawah tampilan image. Cara menuliskannya juga sangat mudah.
Ketika menulis konten pada wordpress, ada berbagai sajian opsi pendukung. Pada bagian atas kolom saat menambahkan gambar, tuliskan caption sesuai dengan isi dan buatlah semenarik mungkin, agar pengunjung semakin betah.

Menambahkan Alt Text
Setelah menambahkan caption, Anda akan menjumpai kolom alternatif text (Alt Text). Bagian ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu gambar yang akan disajikan oleh pembuat konten.
Selain itu, apabila terjadi delay pada proses loading, alternatif text juga akan muncul terlebih dahulu sebagai upaya menggantikan tampilan. Kiat semacam ini juga masih termasuk ke dalam fitur SEO Friendly.

Meletakkan Gambar di Tempat yang Tepat
Tujuan dari gambar yang disajikan pada isi konten tidak lain adalah untuk menambah, memperjelas dan memberikan informasi dukungan pada artikel. Sangat wajib bagi Anda untuk meletakkanmya di posisi setepat mungkin.

Misalnya, Anda menulis artikel tentang pentingnya kesehatan, letakkan gambar sesuai yang menunjukkan grafik kesehatan atau persentase gizi pada bagian tengah di antara kalimat-kalimat. Ketika pengunjung membaca dapat sekaligus merepresentasikan otak kanannya.

Menghindari Pelanggaran Hak Cipta
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa kasus pelanggaran hak cipta atas gambar dan postingan sebuah artikel kini tengah menjadi perbincangan. Pasalnya, beberapa penyedia gambar atau pengelola blog tidak semua setuju postingannya diduplikasi.

Cara untuk dapat menghindari pelanggaran hak cipta ini dapat Anda lakukan dengan tidak mengunggah gambar yang memiliki watermark, gambar dari blog orang lain yang mengandung hak cipta, atau pun asal comot dari Google. Sajikan kreasi image buatan sendiri atau beli pada penyedia layanan lisensi agar lebih aman.

Dengan memperhatikan cara mengoptimalkan gambar di WordPress, maka pengunjung akan semakin betah dan sering mengunjungi blog Anda. Lakukan dengan benar agar tidak terjadi penurunan kunjungan.

Sumber:
seniberpikir.com

5 Langkah Untuk Menjadi Seorang Ahli WordPress

WordPress untuk pekerjaan umum sehari-hari seperti menulis blog dan merasa kurang puas, Anda bisa meningkatkan kemampuan Anda untuk mempelajari WordPress jauh lebih dalam. Anda bisa menemukan begitu banyak tutorial blog, ebook maupun kursus untuk mempelajari WordPress.

Langkah 1 : Mempelajari WordPress Dasar
Untuk lebih mendalami tentang WordPress, tentu Anda harus memulai dengan pengetahuan dasar tentang WordPress.


Disini Anda bisa menelusuri semua artikel yang membahas tentang WordPress secara lengkap untuk kategori pemula dan juga terdapat begitu banyak tips dan trik bagaimana bekerja dengan WordPress, plugin, tema, hosting dan domain.

Untuk kelas selanjutnya dalam meningkatkan pengetahuan dan pendalaman tentang WordPress, Anda harus terbiasa dengan bahasa inggris, karena sumber terbesar dalam mempelajari WordPress untuk tingkat yang lebih tinggi semua bisa Anda pelajari di situs-situs atau komunitas web dari luar.

Langkah 2: Pahami cara kerja WordPress
Anda dapat mempelajari pengkodean dan mendesain semua yang Anda suka, tetapi itu tidak akan membantu Anda tanpa memahami bagaimana semua bagian dari teka-teki tersebut cocok dan berjalan bersama.

Singkatnya, WordPress bekerja dengan membangun halaman web “dinamis” yang diisi dengan informasi dari database. Setiap halaman dibangun setiap saat setiap kali dikunjungi (kecuali jika Anda memiliki plugin caching – tapi itu di luar cakupan posting ini!).

Misalnya, setiap kali Anda melihat satu posting blog di halaman Anda, apa pun postingan yang Anda lihat, Anda selalu melihat file yang sama persis yaitu: single.php. Tetapi konten halaman – konten posting blog, tanggal, konten, dll bisa terlihat berbeda satu sama yang lain.

Hal ini dimungkinkan karena WordPress tidak hanya menggunakan HTML, bahasa web, untuk membangun halaman. Ini juga menggunakan bahasa pemrograman yang disebut PHP, yang digunakan untuk mengambil informasi dari database MySQL. PHP terletak di antara bit kode HTML, yang memberikan struktur pada halaman.

Cuplikan kode PHP yang menanyakan judul posting blog Anda dari database terlihat seperti ini:

<?php the_title(); ?>


Kemudian, informasi itu dimasukkan di antara kode HTML yang menyusun halaman, yang akan terlihat seperti ini:

<h1 class="entry-title"><?php the_title(); ?></h1>


Kemudian, dalam file CSS terpisah, gaya ditambahkan untuk melengkapi tampilan halaman. Itu mungkin terlihat seperti ini:

h1.entry-title {text-transform: uppercase; font-weight: bold;}


Hasilnya adalah setiap posting blog yang Anda lihat (atau, dalam contoh ini adalah pada hanya bagian judulnya).

Sumber daya yang direkomendasikan
Lihatlah WP101 untuk kursus singkat dan video tutorial tentang cara kerja WordPress.
Temukan banyak kursus video di uDemy, ada yang dibayar tetapi Anda akan menemukan 50+ kursus gratis.

Langkah 3: Pelajari bahasa Pemorgraman
Anda tidak perlu menjadi programmer ahli untuk mendapatkan yang terbaik dari WordPress, tetapi beberapa pengetahuan dasar tentang bahasa yang digunakan oleh WordPress akan membantu Anda.

Dengan pengetahuan dasar tentang bahasa pemrograman web HTML, CSS, dan PHP, Anda akan dapat dengan mudah mengubah situs Anda untuk membuat perubahan apa pun yang Anda inginkan, dan lebih mudah memecahkan masalah yang muncul.
Ini perintah yang disarankan untuk Anda pelajari:
HTML adalah bahasa Internet. Ini memberi setiap halaman web strukturnya, bukan hanya situs WordPress.
CSS (Cascading Style Sheets) adalah yang membuat halaman HTML biasa terlihat bagus. Ini mempengaruhi font, warna, dan ukuran teks Anda, ukuran margin dan white space, posisi gambar dan elemen lainnya pada halaman, dan dapat membuat efek hover dan animasi yang keren juga.
PHP adalah bahasa pemrograman yang digunakan oleh WordPress. Anda tidak perlu menjadi pemrogram ahli, tetapi mempelajari dasar-dasar cara kerjanya dapat membantu Anda jauh lebih memahami WordPress.

Mempelajari bahasa-bahasa ini bisa menjadi tugas yang menakutkan. Ingat, WordPress memiliki komunitas yang besar dan aktif, jadi ada banyak bantuan yang tersedia jika Anda memiliki pertanyaan atau ketika sedang buntu!

Langkah 4: Ikuti langkah pemecahan masalah
Mempelajari langkah-langkah dasar untuk memecahkan masalah WordPress dapat membantu Anda merasa seperti seorang ahli karena Anda akan dapat mengidentifikasi dan memecahkan sebagian besar masalah mendasar sendiri, tanpa meminta bantuan.

Dan untuk masalah-masalah sulit yang tidak bisa Anda selesaikan, Anda setidaknya akan dapat mempersempit di mana letak masalahnya, dan memberikan informasi yang berguna ketika Anda mencari bantuan – dan Anda akan tahu ke mana harus mencari bantuan.

Apakah Anda menghadapi halaman white screen, kesalahan PHP, atau file yang hilang atau fungsi situs web yang salah, Anda dapat mengikuti langkah-langkah ini untuk melihat apa masalahnya dna memecahkannya.

Catatan: Beberapa langkah ini mungkin mengacaukan tampilan dan fungsi situs Anda, jadi Anda mungkin ingin menggunakan plugin seperti SeedProd Coming Soon untuk mengatur halaman “Under Maintenance” sementara untuk membuat pengunjung mendapat informasi. Mengumumkan di akun media sosial Anda bahwa Anda sedang melakukan pemeliharaan juga merupakan ide yang bagus untuk menjaga audiensi Anda dari kebingungan. Atau, sebagian besar plugin halaman arahan akan datang dengan template ‘Coming Soon’ yang dapat Anda gunakan tetapi tidak memiliki kemampuan yang sama untuk memblokir akses ke situs Anda saat Anda sedang membangunnya.

1. Tinjau perubahan terbaru
Pikirkan tentang setiap perubahan yang Anda buat akhir-akhir ini. Apakah Anda?
Memperbarui tema, plugin, atau file inti apa saja?
Memasang tema atau plugin baru?
Mengubah kode apa pun?

Jika demikian, coba ingat kembali setiap perubahan terbaru yang Anda lakukan (baik dengan membatalkannya, atau mengembalikan backup yang sebelumnya Anda buat), dan lihat apakah itu menyelesaikan masalah. Kemudian perhatikan dengan cermat perubahan yang telah Anda buat untuk melihat di mana letak masalahnya.

2. Nyalakan debugging WordPress
WordPress memiliki mode debugging bawaan yang dapat membantu mengidentifikasi kesalahan.
Saat mode ini diaktifkan, alih-alih mencoba mengatasi atau mengabaikan kesalahan, ini akan menghasilkan dan menampilkan pesan kesalahan di situs Anda untuk memberi tahu Anda apa yang salah.

Anda dapat mengaktifkan mode debugging secara manual dari file wp-config.php Anda, yang menyimpan pengaturan untuk situs Anda. File wp-config.php Anda terletak di direktori utama tempat WordPress diinstal.

Untuk mengaktifkan mode debugging, cukup tambahkan baris ini ke bagian bawah file dan baca panduan lebih lengkapnya di artikel ini → Cara Memperbaiki White Screen of Death pada WordPress:

1
2
define( 'WP_DEBUG', true );

define( 'SCRIPT_DEBUG', true );


Sekarang muat ulang situs web Anda dan cari kesalahan, peringatan, atau pemberitahuan. Pesan kesalahan tertentu dapat membantu Anda menentukan tema atau plugin yang menyebabkan masalah, setelah itu Anda dapat mencari solusi di web atau blog, atau memposting pesan di forum untuk bantuan.

3. Nonaktifkan plugin Anda
Plugin adalah penyebab umum kesalahan. Jika Anda menonaktifkan semua plugin Anda dan situs Anda tiba-tiba berfungsi kembali, Anda tahu salah satu masalahnya adalah pada plugin. Anda dapat mengaktifkannya satu per satu plugin hingga menemukan mana plugin yang menyebabkan masalah pada situs Anda.

Jika Anda menemukan bahwa plugin menyebabkan kesalahan, Anda dapat menghubungi dukungan dan beralih ke alternatif lain untuk sementara waktu.

Untuk menonaktifkan dengan cepat semua plugin Anda, Anda dapat mengganti nama folder plugin (/ wp-content / plugins) di file manager atau FTP client sehingga WordPress akan menonaktifkan semua plugin secara otomatis.

4. Kembalikan tema default
Jika plugin Anda tidak menyebabkan masalah, itu bisa menjadi tema Anda. Coba beralih ke tema WordPress default untuk melihat apakah itu menyelesaikan kesalahan. Jika tema yang menyebabkan masalah, Anda dapat menghubungi pengembang tema untuk mendapatkan bantuan, dan beralih ke tema lain sementara waktu.

Jika Anda tidak dapat menyelesaikan masalah menggunakan langkah-langkah ini, coba minta bantuan di forum dukungan WordPress resmi, atau posting ke WordPress Development Stack Exchange.

Langkah 5: Buat tema atau plugin sederhana Anda sendiri
Saat pada langkah ini, Anda bisa dibilang sedang dalam perjalanan untuk menjadi ahli WordPress, tetapi bagaimana Anda akan tahu kapan Anda mencapai status itu?
Salah satu ujian hebat untuk melihat keterampilan Anda adalah dengan menciptakan sesuatu yang baru:

Jika Anda tertarik dengan desain, Anda dapat mencoba menerapkan keterampilan CSS baru Anda dengan merancang tema anak (child theme) Anda sendiri. Pertimbangkan untuk menggunakan kerangka kerja (framework) seperti Genesis.
Jika Anda siap menghadapi tantangan yang lebih besar, Anda bahkan bisa mencoba membuat tema sendiri dari awal. Coba gunakan kerangka dasar untuk memulai, seperti underscores atau Bones framework.
Jika PHP adalah kemampuan Anda, Anda bisa mencoba untuk membuat plugin Anda sendiri.

Apa itu pakar WordPress?
Setiap orang mendefinisikan “pakar” secara berbeda. Anda mungkin merasa tidak nyaman menyebut diri Anda seorang “ahli WordPress” atau “Pakar WordPress” bahkan jika Anda telah mengikuti semua langkah di sini, tetapi setidaknya Anda akan jauh lebih percaya diri dalam menggunakan WordPress dan memiliki keterampilan WordPress yang lebih baik daripada sebelumnya!

Tetapi, jika Anda tidak memiliki waktu yang untuk mempelajari tentang WordPress secara lebih mendalam, jangan khawatir. Ada banyak pengembang yang bisa Anda pekerjakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Anda bisa menemukan mereka di situs-situs tempat berkumpulnya para programmer freelance.

Sumber:
centerklik.com