Tutorial Social Network

Informasi Seputar Media Sosial

Tutorial Computer

Informasi Seputar Komputer

Tutorial Youtube

Informasi Seputar Youtube

Tutorial Blogger

Informasi Seputar Blogger

Tutorial Wordpress

Informasi Seputar Wordpress

Tutorial Website

Informasi Seputar Pemrograman Website

Tutorial Windows

Informasi Seputar Sistem Operasi Windows

Tutorial Linux

Informasi Seputar Sistem Operasi Linux

Tutorial Android

Informasi Seputar Android

Wednesday 7 October 2020

Perbedaan UI dan UX

User Interface (UI) dan User Experience (UX) dalam pengembangan website dan aplikasi memang sangat penting dan saling berkaitan.

Pengertian User Experience (UX) 
User Experience (UX) merupakan proses mendesain suatu produk melalui pendekatan pengguna. Dengan pendekatan ini, Anda jadi bisa menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna.
Produk dengan desain UX yang baik akan menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi pengguna saat menggunakan produk Anda. Pengguna jadi mudah dan nyaman saat menggunakan produk.

Adapun, komponen UX ini meliputi bagaimana fitur-fitur yang disediakan pada produk, struktur desain, navigasi penggunaan produk, aspek visual design, dan seluruh aspek interaksi dengan pengguna. UX juga meliputi bagaimana Anda menentukan branding, konten, dan copywriting yang sesuai dengan target pengguna Anda. 

Pengertian User Interface (UI) 
Seperti yang disebutkan sebelumnya, UI adalah bagian dari UX yang berupa tampilan visual design sebuah sistem. Tampilan tersebut memungkinkan pengguna terhubung dan berinteraksi dengan suatu produk. 

Selain berfungsi sebagai penghubung, UI juga berfungsi untuk memperindah tampilan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Namun, tak hanya harus indah, UI juga harus mudah digunakan. 
Beberapa komponen UI diantaranya adalah komponen tombol, ikon tipografi, tema, layout, animasi yang tampil pada produk, dan visual interaktif lainnya. Semua komponen UI tersebut didesain dengan berfokus pada keindahan dan kemudahan pengguna. Jadi, pengguna dapat menikmati produk Anda. 

Untuk mengetahui lebih detail mengenai user interface, silakan mampir ke artikel khusus tentang user interface.

Perbedaan User Interface (UI) dan User Experience (UX) 
Setelah mengetahui pengertian dari UI dan UX, apakah sekarang Anda sudah mengetahui perbedaan di antara keduanya? Jika belum, tenang saja. Berikut ini kami akan paparkan apa saja sebenarnya perbedaan UI dan UX. 

1. Tujuan Desain
Hal yang mendasar tentang perbedaan UI dan UX adalah tujuan desainnya. Fokus pembuatan desain UI dan UX sangatlah berbeda. Desain UI pada sebuah produk bertujuan untuk mempercantik tampilan produk. Sementara desain UX dirancang untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan saat menggunakan produk. 

Fokus desain UI adalah keindahan tampilan, sementara fokus desain UX adalah kepuasan menggunakan produk. 
Sederhananya, desain UI akan mempengaruhi kesan pertama pengguna melihat produk Anda. Sementara itu, UX mempengaruhi bagaimana pengalaman pengguna saat menggunakan produk. 

2. Proses Desain
Tujuan desain yang berbeda juga mempengaruhi prosesnya. Oleh sebab itu, proses merancang UI dan UX pun berbeda. 
Karena berfokus pada user experience, proses desain UX berlandaskan riset pengguna sehingga menghasilkan produk yang disukai dan dibutuhkan oleh target pengguna. Prosesnya pun melalui banyak tahap dan membutuhkan peran banyak pihak, salah satunya yaitu UX researcher. Setelah melakukan riset, desainer merancang sketsa desain dengan wireframe dan prototype.

Sementara itu, desain UI juga memerlukan riset. Namun, riset yang dilakukan merupakan riset desain untuk membuat desain yang menarik dan sesuai dengan konsep. Di sini, desainer UI juga perlu merancang model desain yaitu dengan membuat mockup terlebih dahulu.

3. Komponen Desain
Komponen yang membangun Desain UI berfokus pada keindahan tampilan produksi. komponen UI tersebut di antaranya meliputi warna, gambar dan video animasi, typography, buttons, dan visual interaksi lainnya. 
Sementara itu, komponen desain UX meliputi hampir seluruh komponen pada suatu produk seperti fitur-fitur, struktur desain, dan navigasi. Termasuk juga tampilan interface, copywriting, hingga branding, sehingga diperlukan kolaborasi tim untuk menghasilkan desain produk yang baik. 

4. Tools yang Digunakan 
Proses pembuatan yang berbeda tentu membutuhkan tools yang berbeda. Untuk desainer UI, keindahan gambar sangatlah penting. Jadi mereka membutuhkan aplikasi yang mendukung pembuatan desain interface yang detail. 
Ada banyak aplikasi desain UI yang tersedia seperti Flinto, Principle, Frames X, Adobe illustrator, dll. Aplikasi tersebut dilengkapi beberapa tools pendukung desainer UI seperti tools menambahkan unique interaction icon, easy transitions, UI assets and kits, dll. 

Sementara itu, desainer UX lebih membutuhkan aplikasi prototyping desain agar mudah mendapatkan feedback dari pengguna. Beberapa aplikasi prototyping desain yang mendukung desainer UX adalah: Sketch, InVision, Figma, Adobe XD, Axure, dll. 
Beberapa fitur yang tersedia seperti tersedia fitur collaboration, real-time editing, easy to test design, dll. Fitur tersebut akan memudahkan desainer UX mendapatkan feedback untuk menghasilkan produk yang user-friendly

5. Skill yang Dibutuhkan 
Menjadi desainer UI dan desainer UX membutuhkan skill tersendiri. Beberapa skill yang dibutuhkan seorang desainer UI adalah desain grafis, design branding, creative thinking, dan convergent thinking. Skill tersebut harus dimiliki oleh desainer UI dalam mendesain tampilan produk agar terlihat menarik dan mudah untuk interaksi.
Sementara seorang desainer UX bertanggung jawab membuat desain produk dengan pendekatan pengguna agar mudah digunakan. Oleh sebab itu, mereka harus memiliki skill melakukan riset, analytical thinking, problem solving, critical thinking, dan creative thinking. 

Setelah membaca uraian perbedaan UI dan UX di atas, kami juga telah merangkumnya dalam bentuk tabel supaya lebih mudah memahami perbedaan UI dan UX.

Perbedaan User Interface (UI) User Experience (UX) 
Tujuan Membuat tampilan produk lebih menarik Memberikan kenyamanan saat memakai produk 
Fokus Berfokus pada tampilan yang bagus Berfokus pada kenyamanan pengguna
Elemen Animasi, typography, warna, video, buttons, dll Usability, navigasi, struktur desain, fitur-fitur, interaction design, dll 
Based on Desain berdasarkan riset desain dan konsep produk Desain berdasarkan riset pengguna
Tools Spesifikasi utama desain grafis, seperti Flinto, Principle, Frames X, Adobe illustrator Spesifikasi utama prototyping seperti Sketch, InVision, Figma, Adobe XD, Axure
Pre-building Berupa mockup Berupa wireframe dan prototype
Skill yang dibutuhkan Desain grafis, creative thinking, convergent thinking, desain branding. Riset, critical thinking, creative thinking, analysis, problem solving, wireframing.

Workflow Desain UI dan UX
Meskipun UI dan UX berbeda, keduanya tetap harus bekerja secara berkesinambungan agar tercipta produk yang berkualitas. Nah di bagian ini, Anda akan mengetahui bagaimana cara kerja UI dan UX dalam pembuatan produk. 

1. Riset UX 
Riset UX merupakan langkah awal dalam membuat desain yang baik. Riset dilakukan untuk memahami apa yang dibutuhkan pengguna. Misalnya, untuk membuat website toko online, Anda harus mencari tahu bagaimana kebiasaan orang berbelanja, proses pembayaran yang paling disenangi pengguna dan lain-lain. 
Seorang UX Researcher bisa melakukan riset UX melalui beberapa cara, baik melalui user interview atau online survey. Data yang dikumpulkan juga bisa melalui data kualitatif dan kuantitatif. 

2. Membuat Information Architecture
Setelah melakukan riset UX, langkah selanjutnya adalah membuat Information Architecture (IA) produk. Information Architecture ini merupakan proses menyusun struktur bagian-bagian pada website dan aplikasi. IA ini akan memudahkan tim untuk memahami konsep sebuah produk. 

Untuk membuat IA ini, Anda membutuhkan hasil riset UX yang telah dilakukan. Hasil riset UX didapatkan melalui metode card sorting, yaitu metode memilah dan menentukan buyers persona. Hasil riset tersebut membantu Anda untuk membuat struktur produk berdasarkan perspektif pengguna. 

3. Membuat Wireframe 
Selanjutnya yaitu proses wireframing. Wireframe merupakan sketsa visual dari sebuah produk. Sketsa desain ini juga menunjukan alur informasi bagi user untuk dapat mengoperasikan produk. Di sinilah peran UX Designer merancang desain. 

Proses wireframing meliputi pembuatan sketsa produk yang akan dikembangkan menjadi sebuah produk. Wireframe ini juga akan membantu tim desainer, content dan developer untuk memvisualisasikan bagaimana tampilan produk. 

Sketsa desain dibuat dengan Low Fidelity Wireframe (LFW) baru kemudian dibuat versi High Fidelity Wireframe (HFW). Ada banyak tools yang bisa dipakai dalam proses wireframing, seperti Figma, Adobe XD, dan lain sebagainya.

4. Mengatur UX Flows 
Setelah membuat wireframe, Anda perlu mengatur flow bagaimana sebuah produk digunakan oleh pengguna. Flow dibuat dengan pendekatan UX agar nantinya pengguna nyaman menggunakan produk Anda. 

Flow ini kemudian didokumentasikan agar para developer mudah dalam mengembangkan produk.
5. Membuat Prototype Desain UX 
Tahap berikutnya yaitu, membuat prototipe Desain sesuai dengan desain wireframe dan flow yang telah dibuat. Untuk membuat prototipe desain, Anda bisa membuatnya dengan aplikasi seperti Invision, MockPlus, Adobe XD, dan lain-lain. 
Prototipe desain tersebut dapat diuji coba oleh internal tim dan langsung diperbaiki jika diperlukan. Jika prototipe desain tersebut telah lolos di internal tim, Anda bisa mengujinya ke user Anda. 

6. Membuat Design System
Berikutnya adalah tahap pembuatan design system. Design system dibuat untuk menyimpan segala komponen-komponen desain, terutama komponen desain UI, seperti icon, font, colour palette, dan lain-lain dalam sebuah library. 
Di tahap ini, dibutuhkan kolaborasi antara desainer UI dan developer. Desainer UI mulai membuat elemen desain, sementara developer membuat komponen library menggunakan HTML, CSS, Javascript, dan lain-lain. 
Dengan adanya design system ini, proses pembuatan desain akan lebih cepat karena elemen desain telah tersedia. Manfaat lainnya adalah desain Anda jadi lebih konsisten dan efisien dalam pengerjaan desain produk lainnya. . 

7. Mendesain User Interface
Di tahap ini, seorang UI Designer mulai bertugas mendesain tampilan produk yang menarik. Tahapan ini juga merupakan implementasi dari wireframe yang telah dibuat sebelumnya.
UI Designer akan mempercantik sketsa dengan paduan warna, tipografi, dan transisi antar halaman dengan elemen-elemen yang telah dibuat di tahap sebelumnya. Di tahap ini desainer UI juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip desain UI yang baik. 
Desainer bisa menggunakan Adobe Illustrator, Adobe Photoshop, Sketch App dan aplikasi desain lainnya. 

8. Proses Pengembangan produk oleh Developer
Selanjutnya, tahap pengembangan produk oleh Developer. Di tahap ini, desain yang telah lolos uji coba dan didesain oleh desainer UI mulai didevelop oleh para developer. 
Meskipun telah masuk ke tahap developing, tugas desainer UI dan UX tidak langsung berakhir. Developer bisa tetap berkolaborasi dan berkomunikasi dengan tim desainer untuk dapat mengatasi permasalahan bersama, jika ditemukan suatu kendala. 

9. Design Usability Test 
Setelah sebuah produk tercipta dengan tampilan yang baik, produk bisa mulai diluncurkan. Namun, sebelum benar-benar diluncurkan ke banyak orang, produk tersebut perlu melakukan proses uji coba dilakukan dengan memberikan skor pada setiap fitur desain. 

Setelah diuji coba, desain tersebut akan mendapatkan saran dan masukan dari pengguna. Desain kemudian direvisi dan dites kembali sampai menjadi sebuah desain yang nyaman dan diinginkan pengguna.

Mengapa UI dan UX Penting dalam Pengembangan Website dan Aplikasi?
Tahukah Anda bahwa UI dan UX dikatakan sebagai salah satu kunci sukses sebuah produk. Kira-kira kenapa ya bisa dikatakan demikian? Menurut beberapa survei dan riset, inilah pentingnya UI dan UX pada sebuah produk.

1. Menghasilkan Produk yang Dibutuhkan Pengguna
Dengan memfokuskan desain pada user experience, Anda dapat membuat sebuah produk dengan fitur-fitur yang memang dibutuhkan oleh pengguna. Produk yang dibuat berdasarkan kebutuhan pengguna akan lebih diminati. 
Salah satu perusahaan yang telah membuktikan keberhasilan dari mendengarkan kebutuhan pengguna adalah ESPN. ESPN berhasil meningkatkan 35% pendapatan website mereka setelah mendesain ulang homepage dengan pendekatan user experience. 

2. Meningkatkan Kepuasan Pengguna Terhadap Produk
Produk dengan tampilan yang buruk dan sulit digunakan akan cepat ditinggalkan oleh pengguna. Riset dari Dot Com Infoway (DCI) mengatakan 62% pengguna meng-uninstall aplikasi di ponsel mereka karena tampilan berantakan dan sering terjadi eror. 
Namun, bila produk Anda memiliki tampilan menarik dan mudah digunakan, pengguna akan puas menggunakan produk Anda. Kepuasan pengguna akan membuat produk Anda tetap digunakan. 

3. Meningkatkan Penjualan dan Bisnis 
Bila website atau aplikasi bisnis Anda didesain dengan UI UX yang baik, Anda tidak hanya memberikan pelayanan optimal kepada pelanggan. Secara tidak langsung, Anda berarti telah menjalankan strategi peningkatan bisnis. 

Forrester Research telah membuktikan bahwa desain UI dan UX yang baik dapat meningkatkan conversion rate sebuah website hingga 400%. Hal itu karena desain UI UX yang baik akan membuat pengguna terkesan dengan tampilan awal dan mudah menyelesaikan kebutuhan di website tersebut. Pengunjung juga akan lebih mudah melakukan conversion dan pembelian.

Bagaimana UI dan UX yang Baik?
Setelah tahu pentingnya UI UX bagi sebuah produk, Anda tentu tidak ingin asal dalam mendesain sebuah produk, bukan? Nah, simak baik-baik bagaimana kriteria UI dan UX yang baik berikut ini. 

UI yang Baik UX yang Baik 
Konsisten. Konsistensi desain dapat membantu pengguna untuk mengerti pola website atau aplikasi Anda. 
Dengan begitu, pengguna akan lebih mudah menggunakan produk Anda. Mereka juga akan lebih familiar dengan produk-produk Anda karena desain yang konsisten. Mudah digunakan (usability). Mudah digunakan artinya, pengguna bisa menggunakan fitur-fitur aplikasi atau website tanpa membutuhkan effort yang berlebih. 
Responsif. Tampilan website yang baik harus fleksibel di segala perangkat. 
Hal itu agar pengguna bisa melihat tampilan website atau aplikasi dengan baik di perangkat desktop maupun mobile. 

Dengan begitu, pengguna bisa tetap mengakses website atau produk Anda di mana saja dan kapan saja. Memiliki nilai (valuable)
Bernilai atau memiliki nilai berarti fitur-fitur yang ada pada produk sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Jika produk tidak dibutuhkan oleh pengguna, produk tersebut belum dikatakan mempunyai nilai yang berharga meski produk tersebut mudah digunakan. 

Jelas dan Ringkas
Tampilan website Anda harus terlihat jelas dan ringkas agar pengguna dapat memahami informasi aplikasi atau website Anda. Mudah untuk didapatkan (Adoptability). Sebuah produk yang bernilai seharusnya mudah untuk didapatkan, mudah dibeli, dan mudah diunduh sehingga pengguna bisa dengan mudah untuk memulai menggunakan produk tersebut. 

Intuitif
Desain yang intuitif secara sederhana artinya mudah dimengerti secara natural. 
Pengunjung jadi dapat dengan mudah memahami flow website Anda tanpa perlu membutuhkan sebuah manual book. Kesukaan (Desirable). Istilah ini berkaitan dengan perasaan emosi tertentu. Misalnya, pengguna merasakan pengalaman yang menyenangkan saat menggunakan produk tertentu. 

Kontras Warna yang Baik
Pemilihan warna dalam desain interface sangatlah penting. 
Kontras warna yang baik akan memudahkan pengguna membaca dan memahami informasi. 
Informasi Terstruktur. Desain UI yang baik tidak hanya harus indah, namun juga mudah untuk digunakan.

Dengan menampilkan informasi yang terstruktur, informasi akan lebih mudah dipahami oleh pengguna. Tidak hanya asal meletakkan gambar, icon, maupun tulisan. 
Desain seperti ini akan membantu pengguna untuk bisa lebih fokus dan cepat menyelesaikan kebutuhannya. 

Contoh Penerapan UI UX pada Aplikasi dan Website
Untuk memperdalam pengetahuan Anda tentang desain UI dan UX, di bab ini kami akan memberikan beberapa contoh produk yang telah menerapkan desain UI UX. 

1. Aplikasi Gojek 
Aplikasi Gojek merupakan aplikasi yang bergerak di bidang jasa transportasi, jasa antar makanan, barang, dan lain-lain. Desain aplikasi ini banyak mendapatkan apresiasi dari para penggunanya. Penasaran bagaimana penerapan UI UX di aplikasi Gojek?

User Interface (UI) 
Desain Animasi yang Menarik
Konsep desain Gojek sangat friendly dan informal. Desain tersebut berhasil membuat pengguna merasa lebih dekat dan relate dengan layanan yang tersedia dalam aplikasi. Misalnya animasi desain seperti gambar di bawah ini.

Desain tersebut diadaptasi dari realitas hubungan friendzone. Gojek mengadaptasi gambar tersebut sebagai pesan notifikasi ketika pengemudi membatalkan pesanan.

Penggunaan Ikon 

Aplikasi Gojek didesain dengan model ikon untuk memudahkan pengguna menggunakan aplikasi. 

Jika ingin memesan GoRide, pengguna hanya tinggal klik ikon motor. Ingin memesan makanan atau minuman, tinggal klik ikon sendok garpu. Ikon-ikon gojek ini akan jadi lebih mudah dikenali oleh pengguna. 

Penggunaan ikon ini juga membuat pengguna mudah mengenali fitur-fitur dari Gojek. Pengguna jadi lebih cepat menyelesaikan kebutuhannya. Dengan begitu, pengguna akan lebih puas menggunakan Gojek. 

Konsistensi Desain
Jika diperhatikan, desain tampilan setiap fitur tidak jauh berbeda. Misalnya layout pada fitur GoRide, GoCar, dan GoSend.

tampilan pemesanan GoCar, Gosend, GoRide

Tampilan layout ketiga layanan ini hampir sama. Yang membedakan hanyalah ikon motor untuk pesanan GoRide atau Gosend dan ikon mobil untuk pesanan GoCar.
Desain yang konsisten membuat pengguna jadi lebih familiar dengan setiap fitur. Pengguna pun jadi lebih mudah dan cepat dalam memenuhi kebutuhannya. 

2. User Experience (UX)
Fitur yang Tersedia sangat Usefull
Gojek menyediakan banyak fitur yang menjadi favorite para penggunanya, seperti GoRide (ojek motor), GoCar (taxi mobil), dan GoFood (pesan antar makanan). 
Terbukti Gojek telah diunduh sebanyak 142 juta kali dan memiliki 2 juta mitra pengemudi. 

Alur Penggunaan Mudah
Dari segi kenyamanan pengguna, Gojek menampilkan flow fitur yang mudah digunakan secara natural. Mari simak flow dari fitur GoRide berikut ini.

Alur pemesanan mudah dilakukan. Misalnya pengguna ingin memesan GoRide, pengguna cukup klik ikon motor. Selanjutnya, pengguna hanya perlu mengisi lokasi tujuan di kolom pencarian dan lokasi penjemputan. 

Dan secara otomatis, akan muncul hasil rencana perjalanan Anda lengkap dengan biaya pemesanannya. Kemudahan ini membuat pengguna dapat memesan GoRide tanpa effort yang berlebih. Terlebih terdapat fitur tombol dan copy wording di setiap langkahnya untuk menggiring alur pemesanan. 

2. Google
Hampir semua orang menggunakan layanan Google Search. Layanan ini memiliki desain yang sederhana dan mudah digunakan. Nah, untuk lebih memahami bagaimana penerapan UI UX pada Google search, simak uraian berikut ini. 

1. User Interface (UI) 
Konsep Minimal Interface
Interface Google ini sangatlah simple. Di halaman awal Google Search, Anda hanya akan melihat background putih dan kolom pencarian Google.
Tampilan Google Search simple, jelas, dan sangat berfokus pada tujuan pengguna, yaitu melakukan pencarian. Pengguna jadi dapat dengan mudah menyelesaikan kebutuhannya. 

Dengan konsep minimalis tersebut, pengguna bisa langsung melakukan pencarian atau fokus melakukan pencarian. Kebutuhan pengguna pun jadi lebih cepat terpenuhi. 
Berbeda dengan mesin pencarian lain, yang menampilkan banyak konten sehingga pengguna bisa terdistraksi oleh konten tersebut.

Konsisten Warna dan layout 
Tampilan Google memang didominasi oleh white space dengan style layout yang konsisten. Warna yang minimalis tersebut akan meningkatkan fokus pengguna pada penggunaan fitur pencarian. 

Selain warna putih, Google mempunyai colour palette yang konsisten pada setiap fiturnya, yaitu warna biru seperti gambar di bawah ini. 

Palette tersebut digunakan dominan di setiap tema produk, toolbars,buttons, dan juga font colour.Konsisten warna tersebut membuat pengguna lebih familiar dengan fitur-fitur Google. Dengan penggunaan warna yang minimalis dan konsisten, pengguna jadi tahu highlight utama dari setiap fungsi. 


Jika pengguna ingin klik halaman website di hasil pencarian, pengguna akan klik font yang berwarna biru. Jadi pengguna lebih cepat memenuhi kebutuhannya. 

Responsive Ilustrasi dan Ikon 
Google memiliki desain UI yang responsive. Artinya pengguna dapat tetap menggunakan layanan pencarian Google di berbagai perangkat dengan kualitas gambar yang stabil.
Grid-system yang buat dengan baik oleh desainer menjadikan ilustrasi dan ikon tersebut dapat ditampilkan baik di perangkat desktop maupun mobile. 

Jika di perangkat mobile, pengguna tidak tetap bisa melihat informasi secara presisi menyesuaikan bentuk perangkat. Pengguna jadi tetap bisa menggunakan layanan Google di mana saja dan kapan saja dengan mudah. 

2. User Experience 
Discoverability (Mudah Digunakan)
Istilah discoverability dalam dunia UX berarti pengguna dapat menggunakan keseluruhan layanan atau menyelesaikan kebutuhan tanpa perlu petunjuk khusus.

Desain fitur Google membuat pengguna lebih cepat mempelajari setiap fitur dan menyelesaikan kebutuhan. Misalnya, jika pengguna ingin mencari perkiraan cuaca hari ini, pengguna cukup mengetik kalimat tersebut. Google akan menampilkan informasi tentang perkiraan cuaca hari ini. 

Pengguna cukup klik halaman website dan informasi yang dibutuhkan akan didapatkan. Saking mudahnya pengguna dapat melakukan pencarian apa saja, Google disebut sebagai “Advanced Search”. 
Desain Adaptif 

Desain adaptif berarti setiap pencarian yang dilakukan setiap pengguna akan menampilkan hasil informasi yang dirancang khusus. Misalnya pengguna mencari “Indonesia”, hasil yang muncul dimunculkan adalah berita, maps, dan gambar. 

Sementara jika mencari “IHSG”, hasil yang ditampilkan berupa trafik saham karena IHSG merupakan istilah dalam saham. Oleh sebab itu, hasil pencarian yang muncul adalah tentang finance, berita, gambar, dll. 

Dengan dirancang secara adaptif, pengguna dapat langsung menemukan informasi yang dibutuhkan. Pengguna jadi tidak perlu kesulitan dan berlama-lama mencari informasi, sehingga kepuasan pengguna akan meningkat. 

Fast and No Errors
Proses yang cepat dan no errors akan meningkatkan kenyamanan pengguna dalam menggunakan produk. 

Prinsip tersebut diadaptasi oleh Google. Apa saja yang dicari oleh pengguna akan ditampilkan oleh Google. Misalnya mencari “kucing”, maka Google akan menampilkan 121.000.000 hasil dalam 0.39 detik. Bahkan mencari dengan kata kunci apapun. 

Namun, jika kata yang kita cari sangat diluar logika, Google tidak dapat menampilkan hasilnya. Misalnya “zxxxxxzzzzzzyyzyy” maka Google akan menampilkan bahwa pencarian tersebut tidak cocok dengan dokumen web yang ada. 

Kesimpulan 
Dari pemaparan di atas, UI memang merupakan bagian dari UX. Keduanya merupakan elemen penting yang saling membutuhkan dalam pengembangan website atau aplikasi. 

Jika desain UX suatu produk sangat baik tetapi desain UI-nya tidak bagus, first impression pengguna juga akan tidak bagus. Sama halnya, jika desain UI suatu produk bagus, tetapi desain UX-nya tidak bagus, pengguna tidak akan suka menggunakan produk tersebut. 

Jadi, keduanya harus memiliki desain yang baik sehingga produk Anda disukai oleh pengguna secara keseluruhan. Dengan begitu manfaat produk pun juga dapat dirasakan oleh pengguna.

Sumber:
niagahoster.co.id

9+ Framework PHP Terbaik untuk Developer

Proses pengembangan website dulu terkenal sangat sulit, rumit, dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun semenjak munculnya berbagai macam framework PHP, semua itu terasa lebih mudah dan cepat.
Proses pengembangan berbagai macam aplikasi web menggunakan PHP akan terasa lebih mudah jika Anda menggunakan framework PHP, kenapa? Hal ini dikarenakan framework mempunyai dan memberikan struktur paling dasar pada sebuah web.

Apalagi PHP merupakan salah satu bahasa pemrograman server-side yang banyak digunakan oleh para web developer. Tentu saja ini karena ada banyak sekali pilihan framework yang terintegrasi dengannya.

Apa Itu Framework PHP?
PHP framework adalah software yang mempermudah pengembangan website yang menggunakan PHP. Pada proses pengembangan website, kata “framework” mengarah pada sebuah library file yang mengandung beberapa fungsi dasar. Tujuan dari pengembangan framework adalah menyediakan pondasi untuk membangun sebuah project lebih efisien.

Mengapa Menggunakan Framework PHP?
Ibarat ingin membangun sebuah rumah, framework merupakan segala peralatan pertukangan yang berguna untuk memudahkan proses pembangunan, seperti sekop, bor, cangkul, ember, dan lain sebagainya. Bayangkan jika segala peralatan ini tidak ada. Anda harus membangun rumah hanya menggunakan tangan. Mengaduk semen menggunakan tangan, melubangi tembok hanya dengan tangan, dan mengangkat adukan semen hanya dengan tangan. Tentu saja akan membutuhkan tenaga ekstra dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Framework mempunyai fungsi yang sama dengan berbagai macam peralatan tadi, membantu Anda untuk tetap secara konstan menjalankan proses pembangunan. Jadi jika Anda ingin mengembangkan aplikasi PHP baru, langkah utama yang perlu dilakukan adalah memilih framework yang mempunyai fungsi paling lengkap dan sesuai kebutuhan proses pengembangan.

Namun, ada banyak sekali pilihan framework PHP yang tersedia di internet. Setiap framework ini memiliki keunikan dan tujuan fungsi masing-masing. Jadi Anda perlu untuk membaca satu per satu setiap framework untuk menentukan apakah akan ‘menggunakan satu framework saja’ atau ‘mengombinasikan dengan framework lain’.

10 Framework PHP Terbaik
1. Laravel
Laravel merupakan framework yang sering muncul ketika Anda mencari framework terbaik untuk PHP. Para developer memang banyak menggunakan framework ini sebagai pilihan mereka. Itulah mengapa framework ini masuk ke dalam daftar pertama framework PHP populer saat ini.

Framework ini terkenal mempunyai sintaks yang elegan, rapi, dan ringkas yang membuat developer mudah untuk membaca program yang dikembangkan oleh developer lain. Jadi ini akan memudahkan proses pengembangan meskipun developer sudah tidak lagi berada di satu proyek dan digantikan developer lain.

2. CodeIgniter
CodeIgniter merupakan framework PHP yang menggunakan arsitektur Model View Controller (MVC). Jadi CodeIgniter menggunakan komponen yang berbeda untuk menghandel task secara spesifik. Pendekatan ini banyak digunakan oleh banyak developer karena membuat Anda bisa mengembangkan aplikasi web yang dapat dikembangkan lagi sewaktu-waktu.

Jika Anda merupakan developer yang baru belajar PHP Framework, CodeIgniter adalah pilihan yang tepat. Selain cukup mudah untuk dipahami, platform ini mempunyai dokumentasi yang cukup lengkap. Jadi Anda akan menemukan banyak sekali panduan ketika terjadi masalah atau dalam proses pengembangan mengalami kesulitan.
Berbicara mengenai performa, CodeIgniter menawarkan kinerja solid, yang berarti framework ini cukup sempurna untuk mengembangkan aplikasi ringan di dalam server sederhana.

3. Symfony
Jika membahas framework PHP yang cukup populer, Symfony merupakan salah satu di antaranya. Framework ini cukup populer sama seperti Laravel dan CodeIgniter. Anda bisa langsung mencoba untuk menemukan apa alasannya.

Symfony sangat fleksibel. Framework ini menawarkan fitur bundle dan komponen yang membuat Anda bisa mengambil sebagain fungsi PHP secara langsung atau menggunakan keseluruhan fungsi yang ada di dalam framework dengan sederhana.

Untuk memastikan aplikasi berjalan semestinya, framework ini juga menyertakan fungsionalitas built-in testing. Sayangnya beberapa review pengguna mengatakan aplikasi yang dikembangkan menggunakan framework tidak dapat berjalan dengan maksimal. Menurut mereka (developer) Symfony bekerja lebih lambat dibandingkan framework yang sudah dibahas sebelumnya.

4. Yii
Yii merupakan framework yang baru muncul di daftar framework PHP populer. Konfigurasi framework PHP ini cukup mudah. Berbicara mengenai performance, framework ini dapat berjalan cukup maksimal alias bisa bersaing dengan framework yang sudah dibahas sebelumnya.

Terkait dengan fungsionalitasnya, Yii menyediakan komponen yang dapat mempercepat kinerja website. Sedangkan berbicara soal keamanan yang disediakan framework ini menyediakan fitur keamanan yang dapat Anda gunakan untuk membangun aplikasi web yang cukup aman.

5. Zend
Bagi Anda yang sudah terbiasa dengan framework PHP sebaiknya Anda mencoba menggunakan framework ini. Anda membutuhkan pengetahuan dasar framework untuk menggunakan Zend.
Zend menjadi framework profesional yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi web dengan performa tinggi sekelas aplikasi enterprise. Karena Zend fokus untuk aplikasi enterprise, framework ini mempunyai berbagai macam komponen autentifikasi, feed, form, service, dan masih banyak lainnya.

Zend tidak terlalu ideal untuk proses pengembangan aplikasi web yang sederhana dan kecil. Meskipun pada kenyataannya Zend menyediakan berbagai opsi yang memudahkan developer, termasuk di dalamnya Zend Proprietary IDE: Zend Studio. IDE ini langsung terintegrasi dengan Zend Framework.

6. CakePHP
Pada awal tahun 2000an, CakePHP merupakan framework PHP yang menggunakan arsitektur MVC pertama yang masuk ke dalam market. Mungkin itu sudah cukup lama, tapi framework ini masih menjadi framework PHP yang juga populer untuk digunakan.

Versi terbaru dari CakePHP mempunyai beberapa peningkatan performa seiring berjalannya waktu. Selain itu, mereka juga menambahkan berbagai macam komponen baru.
Selain itu, CakePHP sangat sempurna mengenai bagaimana cara mereka mendekati konvensi di dalam proses coding. Hal ini berarti, ketika menggunakan CakePHP, sekali saja Anda menguasai serangkaian konvensi, Anda dapat fokus pada pengembangan dan menyelesaikan lebih banyak pekerjaan.

CakePHP menawarkan kumpulan library yang berisi banyak komponen andal dan paling lengkap. Jadi framework ini merupakan pilihan terbaik jika Anda mencari fungsi yang jarang ditemukan.

7. Phalcon
Anda mungkin tidak akan percaya bahwa framework ini tidak ditulis menggunakan bahasa aplikasi web pada umumnya. Framework ini memang sedikit aneh karena kode sumbernya ditulis dalam bahasa C, jadi dasarnya adalah ekstensi C dari PHP. Ini mungkin terdengar aneh, tapi pada praktiknya, framework ini menjadi cukup cepat dibanding dengan yang lainnya.

Berbicara mengenai performa, Phalcon sesuai dengan namanya, memberikan performa yang baik secara konsisten. Phalcon juga merupakan framework yang sangat ringan dan menggunakan arsitektur MVC. Selain itu, framework ini sangat unik karena tidak membutuhkan file sama sekali. Anda hanya perlu menambahkan modul dan library yang Anda butuhkan ketika ingin menggunakannya, yang membuat proses pengembangan menjadi lebih tertata.

8. FuelPHP
FuelPHP merupakan framework yang sangat canggih, modern, sangat modular, dan dapat dikembangkan secara berkala. Selain itu, framework ini dapat dikembangkan menggunakan arsitektur MVC yang banyak digunakan oleh banyak developers karena kemudahannya. FuelPHP cukup ringan dan mendukung powerful ORM, template parsing, peningkatan keamanan, framework otentifikasi sendiri, dan banyak paket tambahan lain yang dapat meningkatkan kemampuan pengembang.

Komunitas FuelPHP mempunyai kekuatan yang terbukti mampu meningkatkan perkembangan teknologi saat ini. Salah satu buktinya adalah FuelPHP masih aktif dikembangkan hingga saat ini, dan berencana untuk melakukan rilis terbarunya dalam waktu dekat. Mereka akan membuat framework ini full object-oriented dengan kemampuan untuk menginstall framework menggunakan composer. Selain itu juga mendukung beberapa aplikasi di dalam satu instalasi.

9. Fat Free
Fat-Free merupakan framework PHP mikro yang sangat standar. Fat-Free hadir dengan berbagai fitur seperti pemrosesan gambar, kompresi CSS, pengujian unit, validasi data, open ID, dan masih banyak lagi.

Fat Free mendukung penggunaan baik SQL maupun NoSQL databases, dan membuat proses pengembangan aplikasi web menggunakan multilingual menjadi lebih mudah. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Fat Free bukanlah framework baru, dan framework ini merupakan satu-satunya framework yang mengusung tema mikro framework.

10. Aura
Aura merupakan seperangkat library yang dipisahkan secara kelompok dan dikelola secara teratur. Framework ini cocok untuk pengembangan aplikasi yang sederhana. Setiap library berdiri sendiri dan bisa diintegrasikan dengan proyek apa saja. Setiap library juga tidak mempunyai dependencies.

Hal tersebut membuat kumpulan library yang tersedia di Aura sangat fleksibel. Selain itu, developer dapat dengan cepat mengintegrasikan sebanyak mungkin atau beberapa saja sesuai dengan pilihan mereka.
Setiap library yang terdapat pada Aura sesuai dengan standar dan ditulis dengan baik. Aura juga mempunyai dokumentasi di setiap library sehingga membuat developer dengan mudah mencari informasi kegunaan dari setiap library yang ada.

Cara Memilih Framework PHP untuk Pemula dengan Tepat
Ada beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan saat Anda memilih untuk mengembangkan aplikasi web menggunakan PHP. Berbagai faktor tersebut antara lain:

1. Sesuaikan dengan Aplikasi Web yang Akan Dikembangkan
Anda harus melihat terlebih dahulu aplikasi website apa yang akan dikembangkan. Anda harus menentukan bagaimana spesifikasinya dan juga proses pengembangan ke depan. Misalnya saja ketika Anda ingin mengembangkan aplikasi web dengan skala kecil tentu saja tidak cocok menggunakan framework Zend yang didesain untuk pengembangan aplikasi skala enterprise.

2. Sesuaikan dengan Skill Anda
Selain perencanaan Anda juga harus mempertimbangkan faktor kemudahan dalam proses pengembangan. Ini cukup penting. Apalagi jika Anda belum terlalu paham menggunakan framework yang terkadang membutuhkan dasar pengetahuan mengenai framework PHP.

3. Pertimbangkan Fitur-fitur yang Ditawarkan
Setelah Anda menemukan spesifikasi dan bagaimana kebutuhannya, Anda bisa melihat terlebih dahulu fitur-fitur yang ditawarkan oleh masing-masing framework. Meskipun hampir semua framework menyediakan fitur yang sama, Anda perlu melihat juga fitur-fitur tambahan yang mereka sediakan. Siapa tahu ada framework yang mampu mencukupi seluruh kebutuhan Anda.

4. Pertimbangkan Fitur Technical Support yang Disediakan
Bagi Anda yang masih baru dan ingin belajar mengenai framework PHP, carilah framework yang mempunyai banyak dokumentasi. Tujuannya adalah mempermudah Anda ketika terjadi masalah .

Pada bagian ini tentu saja framework-framework yang sudah besar patut Anda pertimbangkan, seperti Laravel dan CodeIgniter. Kedua framework memiliki banyak komunitas maupun panduan yang tersebar di internet. Anda pun dapat dengan mudah mencari atau menanyakannya ketika kebingungan saat menggunakan framework tersebut.

Kesimpulan
Framework PHP merupakan jalan pintas yang dapat Anda tempuh untuk mempermudah dan mempercepat proses pengembangan website. Sama halnya ketika Anda melewati jalan pintas, tentu saja pada awalnya akan sedikit kebingungan, akan tetapi jika sudah terbiasa akan terasa lebih mudah.

Di dalam pengembangan aplikasi web menggunakan PHP, Anda mempunyai kebebasan untuk memilih framework yang ingin digunakan karena jumlahnya sangat banyak tersebar di internet. Namun Anda masih perlu mempertimbangkan beberapa opsi sebelum menentukan framework mana yang terbaik untuk Anda.

Sumber:
niagahoster.co.id

Panduan Lengkap Membuat Podcast di Website WordPress

Apa itu Podcast?
Podcast adalah konten audio yang bisa dinikmati secara on demand. Ini artinya, di mana pun dan kapan pun Anda membutuhkannya, Anda sudah pasti bisa mengaksesnya asal terhubung dengan internet. Selain melalui on demand lewat streaming, beberapa layanan podcast juga dapat diunduh dan disimpan.

Podcast sendiri pertama kali muncul di Amerika Serikat pada tahun 2004. Pada saat itu, Dave Curry dan David Winer bekerja sama membuat program untuk mengunduh siaran di internet ke iPod. Sejak saat itu podcast berkembang sampai akhirnya menjadi seperti sekarang.

Podcast tidak hanya didengarkan lewat satu layanan saja. Kini ada beragam pilihan untuk menyebarkan podcast kepada pendengar. Pun, ada begitu banyak aplikasi menawarkan pengalaman untuk mendengarkan podcast.

Di Indonesia, popularitas podcast mulai meningkat di tahun 2017. Terutama sejak keberadaan aplikasi streaming musik seperti Spotify. Menurut Daily Social, aplikasi ini paling banyak dipakai untuk mendengarkan podcast. Saking populernya podcast di Indonesia, kini podcast sudah diserap dalam bahasa Indonesia, yaitu Siniar.

Mengapa Membuat Podcast?
Meski tren podcast di Indonesia cukup baru, bukan berarti ia tak patut dicoba. Berkaca dari kesuksesan podcast di negeri seberang, ada banyak hal yang bisa dieksplor dari podcasting di Indonesia. Berikut adalah alasan-alasan spesifik mengapa Anda perlu menjajal membuat podcast:

Lebih dekat dengan pendengar. Podcast yang baik bisa memunculkan kepribadian penyiarnya dengan jujur. Anda bisa menyelipkan humor, bicara serius, ataupun ngobrol santai seperti seorang teman.
Cara ini akan membuat Anda serasa memiliki kedekatan personal dengan para pendengar. Akhirnya, mereka bisa menjadi pendengar setia Anda.
Kesempatan berjejaring dan bicara dengan para ahli di bidangnya. Interview adalah salah satu format konten di podcast. Format semacam ini membuatmu harus berkenalan dengan orang-orang inspiratif untuk diajak berkolaborasi. Bukan tak mungkin kalau mereka akan mengajakmu berkolaborasi di proyek mereka.
Dianggap sebagai ahli. Anda tentu perlu menguasai topik untuk bisa bicara dalam episode podcast yang panjang. Sebelumnya mungkin Anda perlu memebaca buku, beberapa artikel, atau mendengarkan podcast dengan tema serupa. Secara tidak langsung, kemampuan bicara dalam wakatu panjang ini akan membuat Anda dianggap sebagai ahli di bidangnya.
Cara lain menampilkan konten. Ketika audiens blog Anda mulai jenuh, ada baiknya untuk mulai mengeksplor audiens baru. Podcast adalah salah satu cara unik untuk itu. Ubah konten Anda ke bentuk audio dan sajikan ke audiens yang berbeda.
Tingkatkan reputasimu di mata Google. Butuh sekitar tujuh menit untuk membaca konten artikel sepanjang 2000 kata. Bandingkan dengan podcast yang satu episodenya saja bisa belasan hingga puluhan menit. Semakin lama audiens Anda membuka website WordPress berisi podcast, maka semakin bagus reputasi website Anda di mata Google. Lamanya website dibuka menandakan semakin relevan konten tersebut bagi pengguna.
Kompetitor (cenderung) masih sedikit. Popularitas masih terbilang baru. Justru karena itu, masih sedikit kompetitor yang berkecimpung di dunia ini. Kondisi inilah yang harusnya membuat Anda terpacu untuk membuat podcast.
Anda bisa membuat format acara yang menarik, mematangkan konsep di setiap episode, dan mengundang content creator lain untuk berkolaborasi ━ tanpa khawatir apa yang dilakukan oleh podcaster lain. Malah, Anda bisa menetapkan standar untuk konten podcast di Indonesia.

Poin-poin di atas bisa jadi meyakinkan Anda untuk bergegas memulai podcast. Eittss. Tunggu dulu. Membuat podcast memang terlihat mudah, tapi ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk membuatnya lebih mudah dijangkau pendengar.

Caranya, tak lain adalah memuatnya dalam sebuah website WordPress. Tapi mengapa harus website WordPress?
Mudah dikustomisasi sesuai kebutuhan. Website WordPress memiliki segala hal yang Anda butuhkan untuk menampilkan karya. Ada begitu banyak plugin yang mendukung fungsi website. Begitu juga dengan berbagai pilihan tema yang mendukung tampilan website. Untuk website podcast sendiri, ada begitu banyak plugin dan tema yang diinstal untuk memastikan website terlihat ciamik dan profesional.
Memudahkan pendengar untuk mencari podcast Anda. Mencari podcast yang Anda buat di aplikasi terkadang cukup merepotkan. Belum lagi ketika ternyata podcast yang dicari tidak ada atau error. Ini tentunya menjadi impresi buruk bagi pendengar.
Maka, website merupakan cara aman untuk menampilkan podcast. Karya Anda sudah pasti ada, mudah diakses, dan Anda bisa memonitor langsung impresi orang lewat statistik dari Google Analytics.
Kumpulan portofolio memperkuat branding. Lewat website, Anda bisa mengumpulkan berbagai karya yang pernah dibuat. Karya-karya tersebut bisa dijadikan portofolio online yang memperkuat personal branding Anda.

Kini, apakah Anda sudah yakin untuk membuat podcast di website? Jika sudah, kita akan langsung menengok panduan lengkapnya.

Cara Membuat Podcast
Membuat podcast tak bisa sekedar rekam, edit, dan publikasikan begitu saja. Ada beberapa hal kecil yang jika dilakukan akan membantu podcast lebih stand out dari yang lainnya.
Panduan di bawah ini akan membeberkan cara membuat podcast dari A sampai Z. Mulai dari menentukan tema sampai dengan mempercantik tampilan podcast di website WordPress. Berikut panduannya:

1. Tentukan tema dan topik podcast
Podcast memang bisa bicara soal apa saja. Tapi, alangkah lebih baik untuk fokus pada tema yang sama. Dengan begini, pendengar podcast bisa tahu konten macam apa yang Anda buat.
Untuk menentukan tema podcast, coba pikirkan hal apa yang paling membuat Anda bersemangat untuk bercerita. Bisa saja soal cerita sehari-hari yang Anda alami, tren kecantikan paling baru atau tips dan trik sukses berkarir. Jika Anda memiliki beberapa jawaban, coba tuliskan ide tersebut di selembar kertas.

Kemudian, coba pikirkan lagi. Dari sekian banyak tema, mana yang paling mungkin disukai pendengar? Itulah tema yang perlu Anda eksplor lebih lanjut ke dalam topik-topik tertentu. Hasil ekpslorasi ini kemudian bisa diplot menjadi episode-episode podcast.

2. Buat nama domain dan tentukan hosting WordPress
Untuk membuat website berisi podcast, tentunya Anda butuh domain dan web hosting. Kedua hal ini bisa Anda dapatkan melalui Niagahoster. Cukup kunjung alamat website kami dan tentukan paket mana yang paling sesuai kebutuhan.
Terlepas soal hal teknis, Anda perlu memastikan beberapa hal sebelum menentukan nama domain. Anda perlu nama domain yang singkat, mudah diingat, dan sesuai dengan persona yang Anda ciptakan.

Cara termudah adalah dengan menggunakan nama sendiri untuk domain. Menggunakan nama sendiri cocok untuk tema-tema podcast yang sifatnya serius sampai kasual. Tema pengembangan diri, karir, dan kesehatan masih masuk dalam kategori ini.
Kalau nama sendiri terasa terlalu kaku, kata kunci yang masih berhubungan dengan tema juga bisa dipakai. Contohnya, WTFpod.com yang dibuat oleh standup comedian Amerika Serikat, Marc Maron.

3. Rencanakan konten podcast
Merencanakan konten adalah hal yang wajib dilakukan. Tanpanya, podcast akan terdengar amatir karena pembahasannya tak runut.
Dalam merencanakan konten podcast, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan.

Konten tiap episode. Setiap baiknya selalu sinkron dengan tema besar podcast. Untuk membuat konten yang fokus, coba buat satu pertanyaan mengenai tema podcast. Misalnya, the Creative Introvert Podcast pernah mengupas pertanyaan soal How to Discover Creative Type.
Dengan begitu, episode podcast bisa fokus membahas topik yang diinginkan. Cara seperti ini juga menantang Anda untuk menjawab pertanyaan dari berbagai sisi.

Lama setiap episode. Selain topik, durasi juga ikut mempengaruhi orang untuk mendengarkan podcast. Sebelum membuat podcast sepanjang 45 sampai 60 menit, ada baiknya untuk membuat episode perkenalan sepanjang 5 sampai 10 menit.

Di episode perkenalan, Anda bisa bercerita soal alasan di balik membuat podcast dan hal apa saja yang akan dibahas di dalamnya. membangun keakraban dengan pendengar. Baru dari situ, Anda bisa mempengaruhi pendengar untuk mendengarkan podcast dengan durasi yang lebih panjang.

Storyboard atau alur pembahasan. Merekam podcast tanpa persiapan apa-apa bisa dibilang sebagai hal ceroboh. Tanpa alur yang terencana, episode podcast hanya akan menjadi panjang. Tanpa bisa menyampaikan gagasan dengan tajam.
Maka itu, coba tulis hal-hal apa saja yang perlu disampaikan. Berapa waktu yang diperlukan untuk perkenalan diri dan tema podcast? Berapa waktu yang dibutuhkan untuk membahas konten utama? Hal-hal semacam ini perlu lebih dulu dipikirkan.

4. Merekam podcast
Kejernihan suara di podcast tentunya penting. Maka dari itu, perlu untuk memastikan piranti yang digunakan untuk merekam berkualitas baik.
Sebetulnya, ada banyak alternatif alat untuk merekam suara. Untuk entry level, Anda bisa menggunakan microphone seharga Rp150.000-an di pasaran. Kalau Anda cukup ambisius dan ingin menginvestasikan lebih, Zoom H1N seharga sepuluh kali lipat dari entry level, bisa dipertimbangkan.

Namun, kalau Anda belum ingin membeli microphone baru, solusi lainnya adalah menggunakan ponsel pintar. Kebanyakan ponsel pintar memiliki aplikasi rekam suara yang bisa Anda gunakan. Hasil rekaman pun tak jauh berbeda dengan microphone entry level. Anda hanya perlu memastikan lingkungan saat merekam cukup tenang dan kondusif.

5. Mengedit podcast
Pembuatan podcast takkan lengkap tanpa proses editing. Di bagian ini, Anda bisa memotong bagian-bagian yang dirasa tak perlu. Seperti bagian kosong ketika berpikir atau filler, “Emmm” “Ee….”, dan sebagainya.

Selain menghapus bagian yang tak perlu, Anda juga bisa menambahkan latar musik untuk podcast. Banyak podcast memberikan latar musik di bagian pembukaan. Di bagian ini, musik yang dipakai biasanya sama untuk semua episode. Bisa dikatakan bagian ini adalah bagian branding podcast itu sendiri.

Tak hanya itu saja, menambahkan latar musik juga bisa dilakukan di tengah hingga akhir bagian. Beberapa podcast sengaja menaruh latar musik lirih untuk menyetel mood episode. Entah itu mood bersemangat, santai, ataupun sedih.

Namun, Anda tentu tak bisa sembarang menaruh musik ke podcast. Salah-salah justru karya Anda yang terkena penalti Google karena alasan hak cipta. Maka dari itu, Anda perlu memakai musik bebas lisensi untuk podcast. Untuk mengunduh jenis musik ini, Anda bisa kunjungi

Soal software edit podcast sendiri, kami merekomendasikan podcaster pemula untuk memakai Audacity. Selain mudah untuk dipakai, software ini juga tersedia gratis bagi Mac dan Windows. Sedangkan untuk Anda yang membutuhkan fitur yang lebih pro, bisa juga gunakan Adobe Audition.

6. Pilih plugin untuk podcast
Ada dua cara untuk mempublikasikan podcast di internet, yaitu lewat hosting service dan plugin. Pada panduan ini, kita akan fokus ke cara yang kedua.
Plugin digunakan untuk memudahkan Anda mempublikasikan podcast di website WordPress. Segala hal soal publikasi podcast bisa dilakukan di satu tempat. Dibandingkan dengan hosting service, di mana Anda perlu mengurus publikasi di dua tempat: website hosting itu sendiri dan website milik Anda.

Berikut kami merekomendasikan beberapa plugin podcast yang populer. Tak lupa ada ulasan singkat di setiap plugin tersebut:

Libsyn Podcasting
Libsyn adalah penyedia hosting podcast pertama di dunia. Libsyn mulai beroperasi pada September tahun 2004, tahun yang sama saat podcast pertam kali muncul.
Untuk bisa menggunakan plugin Libsyn di website WordPress, Anda perlu lebih dulu teregistrasi di website Libsyn. Setelah itu, Anda bisa mengunggah episode podcast atau menyimpan drafnya dulu. Lewat plugin, file podcast yang Anda unggah akan tersimpan ke website Libsyn langsung. Dengan begini, kapasitas penyimpanan data website WordPress Anda tak akan berkurang.

Sayangnya, plugin ini masih ada dalam versi beta. Sehingga mungkin saja beberapa fitur belum beroperasi maksimal.

PowerPress
PowerPress merupakan plugin keluaran podcast hosting Blubrry. Plugin ini menyediakan segala fitur yang Anda butuhkan untuk membuat dan mempublikasikan podcast.
Untuk mempublikasikan podcast, Anda hanya perlu membuat post baru di website. Post baru ini kemudian bisa diimpor ke berbagai kanal podcast seperti Apple Podcast, Google Podcast, Soundcloud, dan Spotify.

Plugin ini juga memiliki memperhatikan SEO. Dengan begitu, Anda tak perlu khawatir kalau-kalau podcast Anda tidak terindeks oleh Google.

Seriously Simple Podcasting
Seriously Simple Podcasting merupakan plugin yang terintegrasi dengan Castos. Dengan plugin ini, Anda bisa mempublikasikan podcast tanpa harus beranjak dari halaman website WordPress.
Plugin memungkinkan Anda membuat dua jenis podcast yang berbeda dalam satu website. Selain itu, memiliki media player yang dapat dikustomisasi tampilannya. Anda bisa juga menambahkan sampul podcast ke media player tersebut.

Untuk memaksimalkan fitur plugin satu ini, Anda bisa menginstal berbagai add-ons. Terdapat add-ons untuk menambahkan profil pembicara podcast, statistik, dan support supaya kompatibel dengan tema WordPress.

BuzzSprout
Menggunakan BuzzSprout, Anda bisa menghubungkan episode podcast di server BuzzSprout ke website WordPress. Cukup tambahkan media dan klik opsi episode yang pernah diunggah ke BuzzSprout.

7. Install tema WordPress khusus untuk podcast
Tema WordPress bisa menyempurnakan website podcast Anda. Tak hanya soal tampilan yang semakin apik, secara fungsional website akan semakin user-friendly. Maka dari itu, tak salah kalau meluangkan waktu lebih untuk berburu tema WordPress yang tepat.
Demi membantu Anda, berikut kami merekomendasikan beberapa tema WordPress yang didedikasikan khusus untuk podcast. Tema-tema di bawah ini merupakan tema gratis yang tersedia di WordPress Theme Directory.

Podcaster Secondline
Podcaster Secondline merupakan tema WordPress yang ringan, elegan, dan responsif. Tema ini didedikasikan untuk menampilkan berbagai macam bentuk media. Termasuk di dalamnya adalah podcast, musik, dan video.

Podcast
Podcast merupakan tema WordPress gratis. Tema ini didedikasikan untuk podcast, radio, YouTube, dan segala macam konten multimedia lainnya. Podcast memiliki tampilan yang cukup simpel. Anda bisa memilih salah satu dari tujuh warna tema bawaan.

Audioman
Meski merupakan tema gratisan, Audioman memiliki fitur dan tampilan yang cukup premium. Dengan tema ini, Anda bisa membuat slider dengan gambar beresolusi tinggi (hero content). Hampir setiap bagian dapat di kustomisasi sesuai keinginan. Layout, warna, font, logo, favicon, background, media sosial, hingga CSS bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

My Music Band
Seperti namanya, My Music Band adalah tema WordPress yang dibuat khusus untuk musisi. Tema ini mampu mengombinasikan tampilan yang simpel nan elegan dengan visual yang tajam. Dengan tampilan macam ini, website yang Anda kelola akan nampak profesional dan terurus.
Dengan My Music Band, Anda juga bisa membuat playlist dari beberapa episode podcast. Ada juga fitur testimoni yang bisa Anda aktifkan.

8. Tampilkan podcast di iTunes, Spotify, atau Google Podcast
Menggunakan aplikasi streaming seperti iTunes, Spotify atau Google Podcast, pastinya membantu memperluas reach podcast Anda.
Namun sayangnya, tak semua plugin atau hosting service memiliki fitur untuk memasukkan podcast ke tiga aplikasi tersebut. Jika kebetulan Anda menggunakan layanan seperti itu, jangan khawatir. Simak cara manual menampilkan podcast ke tiga aplikasi streaming populer sebagai berikut:

Menampilkan podcast di iTunes
Untuk menambahkan podcast ke iTunes, Anda perlu terlebih dulu login ke iTunes Connect. Lalu masukkan tautan RSS feed di kolom tersedia. Setelah itu, isi lengkap keterangan yang dibutuhkan seperti judul, kategori, deskripsi, hak cipta, dan alamat website.
iTunes membutuhkan waktu setidaknya 10 hari sebelum podcast ditampilkan.

Menampilkan podcast di Spotify
Cara membuat podcast Spotify sebenarnya cukup mudah. Untuk menampilkan podcast di Spotify, Anda perlu lebih dulu login ke halaman khusus Spotify untuk podcasters. Lalu, isikan nama dan tautan RSS feed podcast Anda. Setelah itu tambahkan informasi lain seperti asal negara, bahasa, dan kategori.
Dalam waktu dua sampai lima hari Spotify akan mereview podcast Anda. Jika lolos, secara otomatis podcast Anda akan ditampilkan di Spotify.

Menampilkan podcast di Google Podcast
Google Podcast merupakan aplikasi bawaan di ponsel berbasis Android. Aplikasi ini membuka peluang seorang podcaster untuk didengarkan oleh 1,72 miliar pendengar di seluruh dunia.

Untuk bisa ditampilkan di Google Podcast, Anda harus memiliki homepage khusus podcast. Setelah itu, Anda bisa memeriksa apakah homepage tersebut sudah terindeks melalui tautan berikut. Jika sudah terindeks, maka Anda tak perlu melakukan apa-apa.

Sumber:

20+ Aplikasi Untuk Work From Home Agar Lebih Efektif

Work From Home (WFH) mengubah kebiasaan semua orang saat bekerja. Anda yang sebelumnya tinggal datang ke kantor saja, sekarang memerlukan banyak “bantuan” agar tetap bisa bekerja seperti biasanya.

Seperti LDR dengan pasangan, komunikasi itu juga sangat penting saat WFH. WFH membuat Anda tak bisa pergi ke ruangan bos untuk bertanya mengenai pekerjaan atau sekedar mampir ke meja rekan kerja untuk menggosip. Oleh karena itu, Anda membutuhkan aplikasi untuk berkomunikasi jarak jauh secara real-time tanpa hambatan. 

1. Slack
Bisa dikatakan kalau Slack adalah aplikasi komunikasi yang hampir sempurna untuk Work From Home Anda. Bagaimana tidak? Anda tak hanya bisa berkomunikasi dengan satu orang saja, tapi berbagai orang sekaligus dalam satu grup. Dengan kata lain, Anda bisa membuat grup untuk satu divisi, grup satu project atau grup ghibah sekalipun.

Selain itu, Slack juga menawarkan komunikasi lewat voice call maupun video call—baik dengan satu orang ataupun grup banyak orang. Terakhir, sebagai bumbu pelengkap, Slack juga mendukung berbagi file dan integrasi aplikasi lain seperti Google Drive, Google Calendar, dan masih banyak lainnya. 

Harga: Gratis untuk fitur standar. Anda juga bisa berlangganan untuk fitur yang jauh lebih melimpah mulai dari $6.67 / bulan.
Fitur unggulan:
Aplikasi gratis yang kaya akan fitur;
Dukungan voice call dan video call dengan grup;
Integrasi dengan aplikasi pendukung kerja lainnya.

2. Google Hangout Chat
Google Hangout Chat adalah aplikasi untuk Work From Home yang memungkinkan Anda berkomunikasi secara personal maupun group chat. Aplikasi ini tersedia di 28 bahasa dan mendukung hingga 8,000 anggota di satu grupnya.

Oh ya, karena Google Hangout Chat memiliki embel-embel “Google” di namanya, aplikasi ini juga terintegrasi dengan layanan Google lainnya, lho. Mulai dari Docs, Sheets, hingga Slides. Namun karena itu pula lah, Anda dan rekan kerja wajib memiliki akun Gmail agar bisa menggunakan Google Hangout Chat ini.

Harga: Free Trial 14 hari. Setelah itu, Anda harus membayar mulai dari $4.20 / bulan untuk paket Basic.
Fitur unggulan:
Terintegrasi langsung dengan hampir semua layanan Google;
Bisa menampung hingga 8,000 anggota di satu grup.

3. Microsoft Teams
Jika kantor Anda menggunakan berbagai produk keluaran Microsoft, mungkin aplikasi untuk Work From Home ini patut dicoba. Microsoft Teams tak hanya menawarkan fitur-fitur dasar aplikasi komunikasi, tapi juga terintegrasi penuh dengan layanan Microsoft lainnya.

Harga: Free Trial satu bulan. Setelah itu, Anda harus berlangganan Rp156.400 / bulan.
Fitur unggulan:
Integrasi dengan aplikasi dan layanan Microsoft lainnya;
Sistem keamanan yang canggih.
Aplikasi Work From Home Terbaik untuk Rapat dan Presentasi

Rapat adalah aspek yang tak terpisahkan dari dunia kerja—bahkan, saat WFH sekalipun. Maka dari itu, Anda harus menggunakan aplikasi yang tepat supaya rapat lintas jarak bisa berjalan dengan lancar.

4. Zoom
Zoom adalah aplikasi untuk Work From Home yang sudah sangat populer. Tak heran karena ia gratis, mudah digunakan dan bisa akses di berbagai perangkat. Bahkan, Zoom bisa menampung hingga 1,000 orang dan 49 video di waktu yang sama, lho!

Zoom juga mendukung video dan audio kualitas HD, sehingga tak perlu khawatir kalau wajah Anda akan buram atau suara kurang jelas. Selain itu, Anda juga bisa berbagi layar dengan orang lain secara real-time jika ingin presentasi.

Harga: Gratis untuk versi Basic. Anda juga bisa berlangganan untuk menikmati fitur lainnya dengan harga mulai dari $14.99 / bulan.
Fitur unggulan:
Versi gratis yang kaya akan fitur;
Mudah digunakan;
Mendukung hingga 1,000 orang dan 49 video di waktu yang sama.

5. Google Meet
Google Meet adalah aplikasi Work From Home yang sangat simpel. Anda tinggal kunjungi situsnya/buka aplikasinya, masukkan Gmail rekan kerja lain, dan rapat sudah bisa dimulai. 
Google Meet mendukung hingga 250 orang dalam satu rapat dan terhubung langsung dengan Google Calendar. Sehingga undangan rapat Anda akan otomatis tersinkronisasi dengan jadwal rekan kerja yang lainnya.

Jadi, Anda tak perlu repot-repot mengingatkan rekan kerja karena Google Calendar secara otomatis akan mengirimkan pemberitahuan beberapa menit sebelum rapat dimulai.

Harga: Gratis untuk pengguna Gmail. Serta tersedia juga versi berbayar mulai dari $4.20 / bulan untuk fitur yang lebih komplit.
Fitur unggulan:
Simpel dan user friendly;
Tersinkronisasi dengan Google Calendar;
Harga berlangganan yang terjangkau.

6. GoToMeeting
Satu hal yang membedakan GoToMeeting dengan aplikasi rapat lain adalah aspek mobile friendly yang dimiliki. Anda bisa mengatur dan memulai rapat skala besar dengan mudah langsung dari ponsel. Tinggal unduh saja aplikasi GoToMeeting yang tersedia baik di Android maupun iOS.

Harga: Free Trial 14 hari. Setelah itu, Anda perlu membayar mulai dari $12 / bulan untuk menikmatinya lebih lanjut.
Fitur unggulan:
Mobile friendly;
Mendukung hingga 3,000 orang.
Aplikasi Work From Home Terbaik untuk Manajemen Proyek

Saat WFH, memastikan diri sendiri agar tetap produktif saja sudah sulit, apalagi mengurusi proyek yang dikerjakan dengan orang lain. Maka dari itu, Anda membutuhkan bantuan dari aplikasi manajemen proyek yang bisa mempermudah kolaborasi kerja tim Anda saat WFH.

7. Trello
Inilah salah satu aplikasi untuk Work From Home terbaik yang bisa Anda coba. Trello memungkinkan Anda untuk mengetahui proyek apa yang sedang dikerjakan, siapa yang mengerjakannya, hingga sejauh mana proyek berjalan. Semua dengan tampilan yang simpel dan mudah dipahami.

Harga: Gratis untuk versi biasa.
Fitur unggulan:
Versi gratis saja sudah cukup untuk kolaborasi kerja;
Kaya fitur tapi tetap user friendly;
Bisa diakses di berbagai perangkat.

8. Basecamp
Basecamp mengklaim dirinya sebagai aplikasi yang memungkinkan semua project untuk berada di satu tempat. Klaim yang tak berlebihan sepertinya. Dengan basecamp, Anda bisa membuat project yang tak terbatas dan bekerjasama dengan ratusan orang, tapi tetap terorganisir.

Tak hanya itu, Basecamp juga memiliki tampilan yang modern, mendukung fitur komunikasi real-time, penyimpanan file, dan masih banyak lainnya. Basecamp sangat cocok digunakan oleh siapapun. Baik perusahaan dengan project kecil-kecilan, maupun perusahaan raksasa yang mempunyai project skala besar.

Harga: Free Trial 30 hari. Setelah itu Anda harus membayar $99/bulan untuk Basecamp Business.
Fitur unggulan:
Tampilan modern yang rapi;
Bisa digunakan oleh perusahaan kecil dan perusahaan besar.

9. Jira
Jira ini sangat cocok dipakai apabila perusahaan Anda berfokus pada agile development. Aplikasi ini memungkinkan setiap anggota dari tim Anda untuk melakukan planning, melacak progress, dan melihat laporan performa tim secara real-time. Selain itu, Anda juga bisa membuat workflow yang unik sesuai kondisi dan cara tim bekerja.

Harga: Gratis untuk versi biasa.
Fitur unggulan:
Dibuat khusus untuk tim yang menerapkan agile development;
Laporan performa tim secara real-time.
Aplikasi Work From Home Terbaik untuk Manajemen Waktu

Salah satu kekurangan dari WFH adalah lupa waktu. Anda tak tahu sudah berapa lama bekerja di depan laptop atau sudah berapa lama berbaring sambil menonton YouTube di ponsel. Oleh karena itu, Anda memerlukan aplikasi manajemen waktu agar pekerjaan bisa selesai tepat waktu dan bisa bersantai dengan tenang.

10. Google Calendar
Apakah Anda ingin membuat jadwal harian dengan mudah? Atau mensinkronisasikan jadwal Anda dengan rekan kerja lainnya sehingga tidak tabrakan? Google Calendar adalah solusinya. 

Dengan Google Calendar, Anda bisa membuat jadwal harian dengan sangat detail. Jadi, Anda tahu kapan waktu untuk bekerja, kapan waktu untuk membuka media sosial, dan kapan waktu untuk tidur siang. Semua dilakukan dengan mudah dan bisa diakses dari perangkat mana pun.

Harga: Gratis.
Fitur unggulan:
Mudah digunakan;
Berbagi jadwal dengan rekan kerja;
Terhubung langsung dengan Google Meet.

11. Clockify
Clockify adalah aplikasi Work From Home yang bertujuan untuk memperbaiki manajemen waktu Anda. Dengan aplikasi ini, Anda bisa melacak berapa lama waktu yang dihabiskan untuk berbagai kegiatan. Jadi, Anda bisa tahu kegiatan apa yang produktif dan kegiatan mana yang hanya membuang-buang waktu saja.
Oh ya, Anda juga bisa mengundang anggota tim untuk ikut menggunakan Clockify, lho. Sehingga Anda bisa tahu apa kegiatan masing-masing anggota tim dan berapa lama mereka melakukannya.

Harga: Gratis.
Fitur unggulan:
Melacak waktu saat melakukan suatu kegiatan;
Analisis laporan dengan visual yang mudah dimengerti;
Mengundang anggota tim sehingga tahu aktivitas mereka.

12. Rescue Time
Apakah Anda merasa percaya diri bahwa semua kegiatan yang dilakukan sehari-hari itu selalu produktif? Nah, Anda bisa mencoba Rescue Time ini untuk menemukan jawabannya. Seperti namanya, Rescue Time bertujuan untuk “menyelamatkan” waktu Anda yang terbuang sia-sia dan mengubahnya menjadi lebih bermanfaat.

Mungkin Anda merasa pede pada awalnya. Namun, setelah menggunakan Rescue Time, Anda akan menyadari betapa banyak waktu yang ternyata dihabiskan sia-sia begitu saja setiap harinya. Penasaran, bukan?

Harga: Gratis untuk versi biasa.
Fitur unggulan:
Otomatis melacak waktu yang dihabiskan di suatu website atau aplikasi;
Bisa digunakan di perangkat apa saja;
Versi berbayar mampu melacak waktu anggota tim.

13. Forest
Forest adalah aplikasi untuk Work From Home yang unik. Aplikasi ini membantu Anda untuk fokus dan memanfaatkan waktu dengan efektif. Jadi, Anda tak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk hal yang tak berguna.

Lalu, di mana keunikannya? Nah, setiap ingin fokus dalam suatu kegiatan, Anda diharuskan untuk menanam pohon di dalam aplikasi. Pohon itu akan tumbuh perlahan jika Anda tetap fokus kepada kegiatan tersebut. Sementara jika Anda keluar dari aplikasi ini, pohon yang ditanam tadi akan layu seketika.

Harga: Gratis, tapi terdapat in-app purchases dengan harga bervariasi.
Fitur unggulan:
Konsep yang unik;
Koin yang didapatkan bisa ditukarkan untuk menanam pohon asli.
Aplikasi Work From Home Terbaik untuk Berbagi File

Apakah Anda ingin membagikan file penting terkait pekerjaan dengan rekan kerja yang lain? Atau ingin mengirim hasil pekerjaan yang sudah selesai ke bos dengan aman? Tak usah khawatir! Beberapa aplikasi di bawah ini bisa melakukannya untuk Anda.

14. Google Drive
Google Drive dengan cepat menjadi salah satu aplikasi terbaik untuk berbagi file karena integrasinya dengan Gmail dan layanan Google lainnya. Namun, untuk mengakses file yang dibagikan, rekan kerja Anda tak harus menggunakan Gmail, kok. Semua orang bisa mengaksesnya asal Anda mengaturnya ke anyone with the link.

Selain itu, setiap pengguna Gmail secara otomatis mendapatkan gratis penyimpanan sebesar 15GB. Jumlah yang lebih dari cukup untuk penggunaan pribadi atau sekedar berbagi file pekerjaan kecil dengan rekan.

Harga: Gratis. Namun, Anda juga bisa membayar untuk mendapatkan storage yang lebih besar.
Fitur unggulan:
Gratis penyimpanan 15GB;
Integrasi dengan layanan Google lainnya;

15. Dropbox
Dropbox sendiri merupakan salah satu pelopor penyimpanan awan (cloud storage). Jadi, kemampuannya untuk menyimpan dan berbagi data dalam satu tempat dengan orang lain sudah tidak diragukan lagi. 

Harga: Gratis. Akan tetapi, Anda juga bisa membayar untuk mendapatkan penyimpanan lebih besar.
Fitur unggulan:
Gratis penyimpanan 2GB;
Bisa dimanfaatkan untuk backup website WordPress.

16. Microsoft OneDrive
Bagi Anda pengguna Windows 10, pasti sudah tak asing dengan OneDrive yang mempunyai icon awan di taskbar. Satu fitur unik dari OneDrive adalah kemampuannya untuk scan dokumen di dunia nyata dan mengunggahnya langsung ke akun Anda. 
Oh ya, aplikasi untuk Work From Home ini juga memiliki opsi untuk mengatur tanggal kadaluarsa dari file yang Anda bagi. Jadi, orang lain tak akan bisa mengaksesnya jika melewati tanggal yang sudah diatur.

Harga: Gratis dan Anda juga bisa membayar untuk mendapatkan storage yang lebih besar.
Fitur unggulan:
Gratis penyimpanan 5GB;
Scan dokumen;
Pengaturan tanggal kedaluwarsa.
Aplikasi Work From Home Terbaik untuk Menulis dan Editing

Tulis menulis sepertinya juga menjadi aspek yang tak terpisahkan dari dunia kerja. Entah itu sekedar menulis email, menulis artikel di website atau membuat dokumen penting. Maka dari itu, Anda butuh aplikasi yang bisa diandalkan.

17. Google Docs
Jika selama ini menggunakan Microsoft Word, mungkin saat WFH Google Docs bisa Anda coba. Secara keseluruhan, mungkin fiturnya tak selengkap Microsoft Word. Tapi, bukan disitu kelebihan Google Docs ini.
Melainkan, Google Docs memungkinkan berbagi dokumen dengan rekan kerja Anda bisa jauh lebih mudah. Anda tinggal bagikan saja link dokumen dan si bos bisa memberikan komentar atau revisi mengenai hasil kerja Anda langsung di Google Docs tersebut. 

Harga: Gratis
Fitur unggulan:
Berbagi dokumen dengan mudah;
Bisa diakses di berbagai perangkat.

18. Evernote
Apakah Anda tiba-tiba mendapatkan ide saat browsing? Atau Anda ingin menyimpan artikel di suatu website untuk referensi tulisan? Atau ingin membagi catatan-catatan Anda dengan rekan kerja lain? Nah, Anda bisa melakukan semua itu dengan Evernote.

Oh ya, catatan di sini tak hanya berbentuk tulisan yang diketik saja, lho. Anda juga bisa “mencatat” dalam bentuk gambar, rekaman suara ataupun tulisan tangan sekalipun. Semuanya tersimpan rapi di Evernote dan bisa diakses oleh rekan kerja Anda dari mana saja.

Harga: Gratis untuk versi Basic. 
Fitur unggulan:
Menyimpan catatan dalam berbagai bentuk;
Menyimpan artikel website;
Bisa diakses di perangkat apa saja.

19. Grammarly
Ucapkan selamat tinggal pada grammar yang tak pas atau spelling yang berantakan! Dengan menggunakan Grammarly, Anda bisa menulis selayaknya bule asli, lho. Jadi, Anda tak akan keringat dingin jika harus menulis email untuk klien internasional atau untuk rekan kerja ekspat.

Harga: Gratis untuk versi biasa.
Fitur unggulan:
Memperbaiki kesalahan grammar dan spelling yang ditulis;
Tersedia di berbagai perangkat dan browser;
Dukungan terhadap Microsoft Word dan Google Docs.
(Bonus) Aplikasi Work From Home Terbaik untuk Developer

Bagi Anda developer, tentu memerlukan aplikasi khusus untuk mendukung kerja. Apalagi, jika perusahaan Anda bergerak di bidang teknologi dan harus selalu berhubungan dengan rekan developer lainnya.

20. Git
Aplikasi untuk Work From Home ini memungkinkan Anda untuk memeriksa kode dan mengerjakannya bersama-sama dengan lebih mudah. Anda bisa tahu apa saja perubahan terhadap kode tersebut, siapa yang merubahnya, dan kapan kode tersebut diubah.
Jadi, jika perubahan kode tersebut tidak beres, Anda bisa memarahi rekan kerja kembali ke versi sebelumnya yang secara otomatis tersimpan.

Harga: Gratis
Fitur unggulan:
Ringan untuk digunakan;
Mengerjakan kode bersama-sama dari jarak jauh;
Semua perubahan terhadap kode otomatis tersimpan.

21. Atom
Atom merupakan salah satu text editor terbaik yang ada saat ini. Tak hanya kaya akan fitur. Namun dengan Atom, Anda bisa berbagi kode yang ditulis dan berkolaborasi dengan rekan kerja lain secara real-time dengan mudah. Tak banyak text editor lain yang bisa seperti ini.

Harga: Gratis
Fitur unggulan:
Kaya akan fitur;
Kolaborasi secara real-time;
Mendukung berbagai sistem operasi.

Sumber: