Tutorial Social Network

Informasi Seputar Media Sosial

Tutorial Computer

Informasi Seputar Komputer

Tutorial Youtube

Informasi Seputar Youtube

Tutorial Blogger

Informasi Seputar Blogger

Tutorial Wordpress

Informasi Seputar Wordpress

Tutorial Website

Informasi Seputar Pemrograman Website

Tutorial Windows

Informasi Seputar Sistem Operasi Windows

Tutorial Linux

Informasi Seputar Sistem Operasi Linux

Tutorial Android

Informasi Seputar Android

Monday, 8 February 2021

10 Macam-macam Linux yang Bisa Kamu Coba

Linux merupakan salah satu dari ketiga sistem operasi pada perangkat desktop yang populer, bersama dengan Windows dan Mac OS. Linux memiliki berbagai varian yang bisa kamu gunakan. Saking banyaknya varian Linux, kamu sebagai pengguna dapat leluasa memilih distro Linux yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kamu. Hal yang membuat Linux memiliki banyak varian adalah sifatnya yang open source.

Open source inilah yang menjadikan Linux bebas untuk dikembangkan oleh berbagai komunitas bahkan personal dengan berbagai maksud dan tujuan penggunaan. Dari berbagai macam distro Linux yang ada, kamu mungkin bingung akan mencoba yang mana? Berikut ini 10 macam Linux yang bisa kamu coba sebagai alternatif memilih distro Linux yang cocok bagi kamu.

“Semua orang terbaik dalam hidup sepertinya menyukai Linux” (Steve Wozniak)

1. Ubuntu
Distro Linux pertama yang patut kamu coba adalah Ubuntu. Ubuntu merupakan salah satu distro Linux yang cukup populer dan sangat cocok bagi kamu yang baru pertama kali menggunakan Linux. Ya, seperti moto dari Ubuntu yaitu “Linux for human beings” atau dalam bahasa Indonesia “Linux untuk manusia”, maksudnya Ubuntu dikembangkan agar Linux dapat berguna bagi semua orang secara universal dalam artian untuk merubah stereotip umum bahwa Linux susah untuk digunakan oleh orang awam.

Distro Linux Ubuntu patut kamu coba, karena selain Ubuntu sangat populer, Ubuntu juga memiliki dukungan komunitas yang besar. Jadi ketika kamu mengalami kendala atau kesulitan saat menggunakan Ubuntu kamu bisa mencari solusi penanganannya dengan mudah. Sampai artikel ini ditulis Ubuntu telah dirilis sampai versi 20.04 LTS. Ketika kamu menggunakan Ubuntu kamu tidak perlu takut kehilangan dukungan, karena Ubuntu menjamin penggunanya akan mendapat pembaruan keamanan dan pemeliharaan.

2. Manjaro
Manjaro merupakan distro Linux yang berbasis dari Arch Linux. Belakangan ini kepopuleran Manjaro semakin menanjak. Bukan tanpa alasan Manjaro semakin banyak digandrungi oleh sebagian orang, selain karena Manjaro menawarkan keunggulan dari Arch Linux yang dijadikan basisnya. Manjaro juga mempunyai kemudahan seperti pemakaian yang simpel, sederhana, elegan dan tetap powerful.

Hal yang menarik dari distro Linux Manjaro ini adalah Manjaro menyediakan fitur lengkap dengan berbagai pilihan arsitektur, desktop environment, dan jenis build-nya. Dari hal tersebut Manjaro memang dikembangkan untuk berbagai kalangan pengguna, baik itu pemula, pendidikan, programmer maupun profesional. Salah satu faktor kepopuleran Manjaro adalah berkat banyaknya varian desktop environment yang bisa digunakan.

3. Linux Mint
Linux Mint merupakan salah satu distro yang tak kalah populer dari Ubuntu, distro ini pun banyak digemari oleh komunitas Linux. Linux Mint dibangun diatas basis Ubuntu, oleh karena itu Linux Mint dapat menjalankan aplikasi yang ada pada Ubuntu. Sama seperti Ubuntu, Linux Mint pun cocok bagi kamu yang baru memulai menggunakan Linux, karena selain user interface yang mudah dan sederhana Linux Mint juga memiliki efek transisi yang cukup smooth.

Distro Linux Mint memiliki berbagai varian desktop environment meliputi Cinnamon, MATE, XFCE, KDE ditambah ada varian Linux Mint yang berbasis Debian. Untuk penggunaan sehari-hari Linux Mint sangat nyaman untuk digunakan, aplikasi yang bisa digunakan pun cukup melimpah ruah berkat basisnya dari Ubuntu.

4. Kali Linux
Jika kamu tertarik untuk memulai belajar hacking dan penetrasi, maka distro Linux berikut ini boleh kamu coba. Kali Linux merupakan distro berbasis Debian yang dikembangkan oleh Offensive Security. Tujuan dari dikembangkannya Kali Linux adalah untuk memenuhi kebutuhan penetrasi dan pengujian maupun peretasan pada sistem keamanan komputer. Kali Linux juga menyediakan berbagai desktop environment seperti XFCE, KDE maupun LXDE.

Di dalam Kali Linux juga telah tersedia berbagai tools atau aplikasi yang berguna dalam melakukan ethical hacking atau penetrasi dan testing. Tools dan aplikasi yang disediakan pun selalu dalam keadaan terbaru karena menerapkan model rolling release. Komunitas dari Kali Linux pun banyak yang membuat tools atau aplikasi yang bisa kamu gunakan saat melakukan penetrasi ataupun testing keamanan.

5. Zorin OS
Apabila kamu ingin mencoba Linux dengan rasa Windows, kamu bisa mencoba menggunakan distro Linux Zorin OS. Zorin OS dikembangkan dari basis Ubuntu dengan mengedepankan tampilan antarmuka yang mirip dengan Windows. Hal ini cocok bagi kamu, jika baru memulai menggunakan Linux, karena saat migrasi dari Windows ke Linux kamu akan merasa familiar dengan tampilannya.

6. openSUSE
Distro Linux berikutnya yang bisa kamu coba adalah openSUSE. openSUSE bisa jadi pilihan kamu sebagai system administrator, pengembang ataupun pengguna desktop. openSUSE terbagi menjadi dua varian distribusi yaitu Tumbleweed dan Leap. Jika kamu ingin selalu mendapatkan pembaruan maka varian openSUSE Tumbleweed adalah pilihannya. Sedangkan jika kamu ingin mendapatkan pembaruan pada rentang periode tertentu maka openSUSE Leap bisa kamu pilih.

7. Fedora
Fedora pertama kali dirilis pada tanggal 6 November 2003 sampai dengan artikel ini ditulis Fedora telah sampai pada versi 32. Fedora dikembangkan oleh Red Hat dengan manajemen paket menggunakan RPM dan YUM. Fedora tidak terlalu memperhatikan pembaruan apabila hanya memperbaiki hal yang tidak begitu penting, para pengembang Fedora lebih mengutamakan pembaruan yang signifikan saat melakukan pembaruan.

8. Parrot OS
Sama seperti halnya distro Kali Linux, distro Parrot OS juga dikembangkan untuk tujuan penetrasi, testing maupun forensik sistem keamanan. Parrot OS juga menggunakan basis dari Debian sama seperti Kali Linux. Parrot OS dikembangkan oleh Parrot Security CIC sampai artikel ini ditulis Parrot OS telah sampai pada versi 4.9.1. Parrot OS juga menyediakan berbagai macam pilihan desktop environment mulai dari MATE, KDE, dan juga OVA.

Walaupun masih tergolong baru, distro Parrot OS tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak tools penetrasi dan testing telah dipasang secara otomatis pada distro ini. Jika kamu tertarik untuk memulai penetrasi dan testing maupun hacking distro ini bisa kamu coba sebagai alternatif pilihan Kali Linux.

9. Elementary OS
Apabila sebelumnya ada distro Zorin OS yang tampilannya mirip dengan Windows, sedangkan distro Linux satu ini tampilannya mirip dengan Mac OS. Jika kamu ingin merasakan sensasi tampilan yang elegan layaknya Mac OS, maka distro Linux Elementary OS ini bisa kamu coba. Elementary OS juga ramah bagi pengguna baru karena menggunakan basis dari Ubuntu. Sampai artikel ini ditulis Elementary OS telah sampai pada versi 5.1 Hera.

10. BlankOn
Kurang lengkap rasanya jika tidak mencantumkan distro Linux buatan Indonesia. BlankOn merupakan salah satu distro Linux racikan anak bangsa yang bisa kamu coba. BlankOn juga pernah masuk ke dalam 100 besar Linux di dunia, jadi kualitas dari BlankOn tidak bisa dianggap remeh. Apabila kamu membutuhkan Linux untuk kegiatan computing untuk pendidikan atau perkantoran distro Linux BlankOn ini bisa menjadi pilihan.

Perbedaan Programmer dan Developer

Banyak orang mungkin tidak bisa membedakan antara apa itu developer dan programmer dalam dunia IT. Padahal, sebenarnya banyak perbedaan developer dan programmer yang mendasar.
Orang yang tak mengetahui kedua pekerjaan ini akan mengira bahwa developer dan programmer bertugas sama-sama membuat aplikasi.

Di dunia IT sendiri, banyak pekerjaan atau posisi berbeda-beda yang salah diartikan atau disamaratakan oleh orang-orang awam yang memang tidak mengerti perbedaannya. Lalu apa yang mendasari beda antara seorang developer dan seorang programmer? Simak penjelasan di bawah ini.

Programmer dan developer merupakan salah satu pekerjaan yang paling hangat dibahas di dunia IT. Namun banyak orang masih menganggap bahwa programmer dan developer adalah pekerjaan yang mempunyai tingkatan yang sama. Hmm, benarkah? Ini dia perbedaan programmer dan developer.

Programmer
Programmer adalah seseorang yang mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahasa pemrograman. Mereka mempunyai banyak kemampuan terdiri dari berbagai level, mereka handal dalam menulis kode, mengerti algoritma dan sering bekerja sendiri.

Seorang programmer menguasai setidaknya satu bahasa pemrograman dan handal dalam menggunakannya. Programmer biasanya merupakan lulusan dari Universitas dengan jurusan ilmu komputer atau informatika. Ada juga programmer yang bukan berasal dari Universitas, seperti pelajar sekolah menengah kejuruan di bidang informatika, atau orang yang belajar otodidak dari buku, internet, kursus, bootcamp dan sebagainya.

Developer
Developer adalah seorang programmer yang sudah terlatih, mereka tidak hanya menyelesaikan masalah, namun juga membangun suatu produk. Mereka melakukannya sesuai dengan prinsip-prinsip desain dan implementasi rekayasa perangkat lunak, termasuk hal-hal seperti kinerja, maintainability, skalabilitas, ketahanan, dan idealnya keamanan diikutkan juga.

Developer juga bisa dikatakan sebagai seseorang yang dapat menggunakan banyak sistem dan bahasa pemrograman yang berbeda serta membuatnya terhubung satu sama lain. Developer merupakan seseorang yang profesional, dapat bekerja dengan orang lain, dan punya kemampuan berkomunikasi yang baik.

Developer memiliki pengalaman yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang sudah pernah ia selesaikan sebelumnya dan tahu mana metode yang berhasil dan mana yang tidak. Developer biasanya menggambarkan tujuan, dan mereka merancang perangkat lunak yang akan diambil. Developer memiliki lebih banyak kebebasan karena mereka memiliki pengalaman yang lebih dalam.

Programmer juga bisa disebut coder, sedangkan developer juga bisa disebut software engineer. Lebih sederhana, programmer bisa dikatakan seorang penyelesai masalah dan Developer bisa dikatakan seorang yang tidak hanya menyelesaikan masalah namun punya kinerja yang terstruktur dan disiplin.

Jadi perbedaan antara programmer dan developer yang paling mendasar adalah tingkatan derajatnya. Developer lebih banyak membutuhkan waktu, tenaga, dan pengalaman dibanding programmer. Sedangkan programmer dapat mempercepat penyelesaian masalah dengan jumlah waktu yang lebih singkat, tetapi mereka tidak akan sampai ke titik dimana mereka akan melakukan hal yang sama.

Apa itu Developer?
Apa itu Developer? Developer adalah pekerjaan yang berada satu tingkat di atas programmer. Seorang developer bisa diartikan sebagai programmer yang lebih terlatih, tidak hanya mengerti Bahasa pemrograman, namun juga bisa membangun sebuah sistem.

Yang menjadi perbedaan developer dan programmer, Developer biasanya sudah cukup berpengalaman menyelesaikan permasalahan dan juga punya kerja yang terstruktur dan disiplin. Berikut adalah tugas-tugas developer, yang kami contohkan menjadi seorang web developer, di antaranya:
  • Merancang Kode yang Efisien
  • Merancang Web dengan kode HTML standar
  • Untuk menghasilkan web yang menarik, maka perlu bekerja sama dengan desainer web dan bagian pemrograman
  • Melakukan komunikasi yang intens kepada mitra agar tetap terjaga hubungan yang baik, yang bertujuan agar website semakin dikenal. Penyebaran konten juga semakin luas.
  • Klasifikasi berbagai program software dan juga maintenance software.
  • Menyiapkan rencana darurat jika website down atau mengalami peretasan.
  • Melakukan pemeliharaan atau upgrade website yang sudah dibuat.
  • Mengelola tim, membagi-bagi porsi pekerjaan dalam sebuah proyek pembuatan website.
Apa itu Programmer?
Programmer merupakan pekerjaan seseorang dengan keahlian memahami Bahasa pemrograman dalam sebuah system komputer. Biasanya seorang programmer berasal dari jurusan ilmu komputer atau informatika saat menempuh studi sarjana.

Atau jika tidak menempuh studi di universitas, seorang programmer berasal dari SMK yang fokus di bidang informatika, orang yang belajar dari kursus, ataupun otodidak untuk menguasai Bahasa pemrograman.

Ada banyak bahasa pemrograman yang bisa dipilih jika Anda menempuh studi sebagai programmer, di antaranya Java, PHP, C, C++, Pascal, Phyton dan lain-lain.

Calon programmer akan mempelajari semuanya, sebelum akhirnya ia memfokuskan dengan satu Bahasa pemrograman yang ia paling kuasai.

Berikut ini beberapa tugas dari seorang programmer, di antaranya adalah:
  • Mereview kebutuhan. Seorang programmer mesti mendefinisikan kebutuhan sebelum membuat aplikasi. Sehingga aplikasi yang dibuat nantinya tepat sasaran dan pengguna bisa puas menggunakannya.
  • Merancang tampilan program. Tampilan program menjadi tanggung jawab seorang programmer. Programmer bertugas membuat sketsa alur aplikasi dan grafis serta flowchart
  • Menulis kode program. Setelah merancang tampilan program, programmer kemudian harus menulis kode program. Biasanya programmer telah menguasai Bahasa pemrograman tertentu sehingga bisa mengerjakan hal ini.
  • Debug program. Programmer dapat melakukan debug pada aplikasi yang dirancangnya, yakni pengecekan apakah ada kerusakan atau gangguan dalam aplikasi. Jika ada kesalahan, programmer bisa mengubah atau mengevaluasi Bahasa pemrograman yang sudah ditulis.
  • Melakukan pengujian program. Ini adalah tahap akhir dari tugas seorang programmer setelah membuat aplikasi. Tahap pengujian program sebelum program itu dirilis, sehingga bisa diketahui manfaat sebuah program tersebut terhadap penggunanya.
Ada beberapa jenis programmer komputer antara lain:
  • Application programmers: bertugas menulis program untuk tugas khusus misalnya program untuk melacak inventaris di sebuah pabrik
  • System programmers: bertugas menulis program untuk me-maintain (melakukan pemeliharaan) perangkat lunak dalam sistem computer, misalnya sistem operasi dan database management systems
  • AI/Machine Learning Engineers
  • Programmers game
  • Pengembang
Perbedaan Programmer dan Developer
Setelah mengetahui pengertian masing-masing dari developer dan programmer. Maka Anda telah memahami dasar perbedaan developer dan programmer. Developer bisa dipahami sebagai orang yang menyusun struktur dalam pengembangan sebuah aplikasi.

Sedangkan programmer adalah orang yang hanya fokus menulis sebuah kode dari sebuah program aplikasi. Dari segi kapasitas saja, developer bisa dikatakan lebih besar daripada programmer.

Seorang programmer bekerja di bawah arahan seorang developer untuk merancang sebuah program atau aplikasi.

Pekerjaan lain yang Berhubungan dengan IT
Selain Developer dan Programmer, masih banyak jenis pekerjaan lain yang juga berhubungan erat dengan IT, antara lain:

1. Engineer
Seorang engineer adalah seseorang yang ditugaskan untuk melakukan penjagaan dan perawatan sistem. Misalnya dalam suatu kantor, maka engineer bertugas untuk tetap memastikan system yang sudah ada berjalan dengan baik tanpa gangguan.
Jika ada gangguan atau error, maka tugas engineer untuk melakukan perbaikan atas sistem yang ada.

2. Frontend
Seseorang yang bekerja di bagian front end adalah seseorang yang bertanggung jawab atas sistem yang berada di bagian terdepan. Maksudnya system tersebut dapat dirasakan pengguna secara langsung dalam sebuah perusahaan.

Orang yang bekerja di bagian front end harus mengerti dan paham user interface dan user experience karena dalam pekerjaannya, ia harus menyediakan formula yang mudah bagi pengguna sebuah aplikasi.

Beberapa sub-bagian Frontend antara lain Frontend Engineer, Frontend Developer, Android Developer, iOs Developer, User Interface/User Experience (UI/UX) Designer, Mobile Developer dan Web Designer.

3. Backend
Kebalikan dari frontend, backend adalah segala sesuatu yang ada di belakang. Maksudnya adalah bagian admin yang memiliki berbagai perhitungan-perhitungan dan logika yang merujuk ke analisis.

Backend juga bertanggung jawab atas keamanan, misalnya ketika ada kasus hacking, maka mereka yang bertugas untuk menangkal dan menanggulangi kejadian tersebut. Efisiensi data dan kecepatan adalah fokus utama orang yang bekerja di bagian backend.

Beberapa sub-bagian backend antara lain adalah Backend Developer, Backend Engineer, API Engineer, API Developer, Database Engineer dan Integration Engineer.

Perbedaan developer dan programmer cukup mendasar jika dilihat dari cakupan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Semoga dengan mengetahui hal ini, Anda bisa membedakan seorang developer dan programmer sehingga tak menyamaratakan lagi.

Mengenal Desktop Environment di Linux

Desktop Environment adalah tampilan antar-muka yang disajikan komputer saat menjalankan OS. 

Desktop Environment disebut juga dengan GUI (Graphical User Interface).
Di Sistem Operasi Linux banyak sekali jenis Desktop Environment. Di satu jenis Linux saja terdapat pemilihan Desktop Environment yang tidak cuma satu,misalnya Linux Mint. Linux Mint menghadirkan DE yang beragam , diantaranya Cinammon, KDE, Mate dan Xfce .Nah,dari sedikit penjelasan diatas. ,pada postingan kali ini akan menjelaskan Desktop Environment Populer yang terdapat dalam SO Linux.

GNOME
GNOME atau GNU Network Object Model Environment adalah jenis DE yang mulai melekat pada SO Linux sejak 3 Maret 1999. GNOME awalnya merupakan proyek yang diusung oleh Miguel de Icaza dan Federico Mena sejak agustus 1997 yang bertujuan untuk menciptakan sebuah Desktop Environment yang mudah untuk digunakan dan gratis untuk di gunakan dalam Sistem Operasi.

Untuk perkembangannya ,terakhir GNOME telah merilis GNOME 3(GNOME 3.x). GNOME 3 (GNOME 3.x) menggunakan desain desktop GNOME Shell. Berbeda dengan pendahulunya GNOME 2 yang memakai desain desktop tradisional methapor.

GNOME Dapat dijumpai di Linux Debian, Zorin, Backtrack, Kali Linux dan Ubuntu.

KDE
KDE atau K Desktop Environment adalah jenis DE yang dibangun dengan Toolkit Qt dari Trolltech. Proyek KDE dimulai tanggal 14 Oktober 1996 oleh Matthias Ettrich. KDE mulai menemani desktop sistem operasi sejak tahun 1998 dengan dirilisnya KDE 1.0.KDE telah merilis versi barunya dengan nama KDE Plasma 5.0 yang mulai diperlihatkan kepada publik pada pertengahan 2014.

KDE datang dengan tampilan yang sangat kompleks dan fleksibel. Namun disamping tampilannya yang cantik, KDE banyak menghabiskan sumber daya baterai saat startup.
KDE dapat dijumpai pada Linux Mint, PCLinuxOS, OpenSuse dan Kubuntu.

XFCE
XFCE adalah jenis DE yang menggunakan GTK+2. Xfce meupakan proyek DE yang dibangun oleh Olivier Fourdan pada tahun 1996. Xfce dulunya bernama XFCE (Menggunakan huruf kapital/besar) yang merupakan singkatan dari XForms Common Environment. Namun Setelah ditulis ulang dan tidak memakai alat bantu (XForms) lagi pengembang menyatakan bahwa namanya tidak diganti dan bukan lagi mengandung singkatan.

Walaupun kalah populer dibanding GNOME dan KDE , Xfce mempunyai keunggulan seperti ringan dipakai,dan hemat sumber daya.

Desktop Xfce dapat dijumpai di Linux Mint , Xubuntu ,Zenwalk,Debian dan Slackware.

Cinnamon
Cinnamon adalah Desktop yang khusus diperuntukan untuk Linux Mint.Cinnamon merupakan proyek penggabungan dari GNOME Shell yakni Konsep Modern dari GNOME 3 dengan Konsep tadisional dari GNOME 2.Halini terjadi setelah Pengembang Linux Mint merasa kurang cocok dengan GNOME 3.Mereka akhirnya mendapati pikiran untuk mengembangkan fork sendiri dari GNOME 3 yang kemudian diberinama Cinnamon.Cinnamon kali ini tidak lagi diperuntukan khusus untuk Linux Mint,Namun dapat dijumpaii di Ubuntu ,OpenSuse, Fedora ,hingga Arch Linux.

LXDE
LXDE atau Lightweight X11 Desktop Environment merupakan Lingkungan desktop yang ringan dan cepat.Sangat cocok dengan komputer tua yang berspesifikasi rendah.Tampilan LXDE hampir sama dengan OpenBux hanya saja pada LXDE terdapat penambahan LX Panel.LXDE mulai aktif dalam perkembangan Desktop Environment sejak tahun 1998.

LXDE dapat dijumpai padaa Linux Mint , Ubuntu ,Debian dan OpenSUse.

Mate
Mate merupakan Perkembangan dari GNOME 2.GNOME 2 ditinggalkan setelah rilisnya GNOME 3.Namun beberapa orang masih menyukai sajian dari GNOME 2.Oleh karena itu Pengembang mengambil source code GNOME 2 dan kemudian mengembangkan lagi GNOME 2 dengan menggunakan nama Mate.Nama Mate diambil dari nama tumbuhan dari Amerika Selatan yang bernama Yerba Mate dan teh yang terbuat dari dedaunan.Mate awalnya merupakan Proyek dari Linux Mint sama halnya dengan Cinnamon.Mate pertama kali rilis pada 18 juni 2011.

Desktop Mate dapat dijumpai pada Linux Mint,Ubuntu Mate,Gentoo,Mageia dan OpenSuse.

Unity
Unity ialah Tampilan yang disajikan untuk penggunak Ubuntu.Unity dibuat oleh Canonical Ltd dengan menggunakan GNOME Shell.Unity mulai menemani Ubuntu sejak dirilisnya Ubuntu 10.10.

Deepin Desktop Environment
Deepin Desktop Environment adalah lingkungan desktop yang ditampilkan dari Linux Deepin. DDE sendiri mulai digunakan pada Linux Deepin 12.12. Tampilan yang elegan dan sangat menarik ini merupakan kelebihan dari DDE.Bahkan DDE terlihat sebagai antarmuka paling segar dan modern dibanding antarmuka lainnya.DDE sendiri menyajikan beberapa pemilihan dock sesuai dengan selera kita seperti Fasion Mode yang mirip dengan Mac OS atau Efficient Mode yang mirip dengan antarmuka windows.Namun untuk menjalankan dekstop ini butuh ressource yang cukup banyak dan hardware yang cukup tinggi.

Pantheon DE
Pantheon DE adalah antarmuka yang ditampilkan dari Linux Elementary OS.Pantheon sendiri dibangun dari basis aplikasi desktop Gnome seperti GTK+, GDK, Cairo, GLib yang kemudian ditulis ulang sehingga terbentuk antarmuka yang lebih modern.Antarmuka Pantheon hampir mirip dengan Deepin DE , dengan docky dibawah.

Source:
http://vpswp.blogspot.co.id/2015/06/7-macam-desktop-environment-di-linux-paling-terkenal.html
http://gudanglinux.com/glossary/cinnamon/
https://en.wikipedia.org/wiki/Unity_%28user_interface%29
http://belajardiluar.blogspot.co.id/2011/10/jenis-dekstop-environment-linux.html
https://id.wikipedia.org/wiki/GNOME

Cara Format Flashdisk dan Harddisk di Ubuntu

Fungsi format di Ubuntu mungkin memang tidak terintegrasi dengan file manager-nya. Diperlukan ketelitian dan kesabaran untuk mencarinya. Sebenarnya ada cara mudah untuk mengetahuinya, yaitu dengan mengetikkan keyword "cara memformat flashdisk di Ubuntu" di Google, lalu Anda membuka artikel ini ketika menemukannya pada halaman pertama hasil pencarian.

Seperti itulah harapan saya ketika menulis artikel ini, dapat membantu pengguna Ubuntu yang baru dan ingin mengetahui cara mem-format flashdisk ataupun harddisk.

Sebelumnya, pastikan flashdisk sudah terpasang dengan benar pada perangkat Ubuntu Anda.
Baiklah. Pertama-tama saya ingin memaparkan cara tradisional di Ubuntu, yaitu...

Menggunakan Terminal
Inilah cara yang lazim digunakan sesepuh Ubuntu dan distro Linux lainnya. Yang Anda butuhkan hanyalah Terminal.
Tahap pertama, bukalah Terminal (a.k.a. Command Prompt di Ubuntu). Anda bisa menggunakan berbagai cara. Salah satu cara yang menurut saya paling mudah adalah dengan menggunakan kombinasi tombol Ctrl + Alt + T.

Setelah jendela Terminal terbuka, masukkan perintah berikut.sudo fdisk -l
Anda akan diminta memasukkan password. Masukkan password sistem, lalu tekan Enter.

Catatan: ketika Anda mengetikkan password, pada layar tidak akan muncul apapun. Jadi, pastikan password yang Anda ketikkan benar. Jika Anda merasa ada yang salah atau kurang yakin, tekan saja Enter. Anda akan diminta memasukkan password lagi.

Setelah berhasil memasukkan password, Anda akan melihat beberapa tulisan yang ditampilkan. Anda bisa melihat alamat dari flashdisk Anda. Pada contoh kali ini, flashdisk saya berada pada alamat /dev/sdb1.


Pastikan flashdisk Anda tidak dalam keadaan terkait (a.k.a. ter-mount). Cara mengecek apakah flashdisk Anda terkait adalah dengan melihat pada Nautilus (file explorer-nya Ubuntu). Jika di samping nama flashdisk Anda terdapat tanda panah mengarah ke atas, berarti flashdisk tersebut sedang terkait.


Untuk melepasnya, masukkan perintah berikut pada Terminal.sudo umount "alamat_flashdisk"


Keterangan: gantilah "alamat_flashdisk" dengan alamat flashdisk yang Anda inginkan. Pada contoh kali ini alamat flashdisk adalah /dev/sdb1. Jadi, perintah yang dimasukkan adalah sudo umount /dev/sdb1.

Setelah flashdisk berhasil dilepaskan kaitannya, tahap selanjutnya adalah mem-format-nya. Masukkan perintah berikut di Terminal.sudo mkfs.vfat "alamat_flashdisk"

Seperti pada langkah sebelumnya, gantilah "alamat_flashdisk" dengan alamat flashdisk yang Anda inginkan. Pada contoh kali ini alamat flashdisk adalah /dev/sdb1. Jadi, perintah yang dimasukkan adalah sudo mkfs.vfat /dev/sdb1.

Yang juga perlu diperhatikan adalah vfat pada baris kode di atas memiliki maksud untuk mem-format flashdisk menjadi FAT. Bila ingin mem-format flashdisk dengan format yang lain, maka tinggal mengganti vfat dengan format yang diinginkan, semisal ext2, ext3,ext4, ntfs, hfs, dan lain sebagainya.


Tunggulah proses hingga selesai. Ketika proses sudah selesai dan tidak ada pesan error, maka pem-format-an telah berhasil dilakukan.


Metode di atas tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan: Ringan, tidak memerlukan instalasi tambahan, membutuhkan autentikasi.

Kekurangan: Harus mengetikkan perintah, tampilan kurang menarik, harus tahu secara akurat flashdisk yang akan di-format.
Metode selanjutnya tetap menggunakan aplikasi bawaan saat Ubuntu terpasang, yaitu dengan...

Menggunakan Disks
Cara kedua ini menurut saya paling simpel. Anda juga tidak perlu meng-install aplikasi tambahan.
Pertama-tama, bukalah program Disks. Jika Anda menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sistem, namanya menjadi Diska.

Entah bagaimana tingkah penerjemah Ubuntu hingga bisa menjadi seperti itu.
Anda bisa membukanya dengan cara menekan tombol Super (a.k.a. tombol Windows) atau klik logo Ubuntu di pojok kiri atas layar untuk membuka Dash. Pada kotak pencarian ketikkan Disk. Bila aplikasi tersebut sudah terlihat, klik saja icon-nya.


ketika program tersebut sudah terbuka, kliklah flashdisk yang Anda inginkan. Pada contoh kali ini saya menggunakan T*SHIBA TransMemory 7,8 GB.


Setelah itu, kliklah lambang roda gigi (a.k.a. gear) seperti pada gambar berikut ini. Lalu kliklah menu Format..., tentu saja seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.


Ketika jendela Format Volume telah terbuka, Anda bisa mengatur metode penghapusan yang digunakan. Pada contoh kali ini saya menggunakan Jangan timpa data yang ada, supaya prosesnya cepat. Setelah itu, pilih format flashdisk tersebut nantinya. Pada contoh kali ini saya menggunakan FAT karena banyak OS yang mendukung format ini. Setelah itu, Anda dapat memberi nama flashdisk Anda pada kotak isian yang paling bawah.


Setelah semuanya sesuai dengan selera Anda, klik Format... untuk memulai pem-format-an.


Jika muncul jendela yang menanyakan apakah Anda yakin, klik Format lagi. Tetapi jika Anda tidak yakin akan mem-format-nya, silahkan dibatalkan saja dengan mengeklik tombol Batal.


Proses pem-format-an akan berjalan seperti pada gambar di bawah ini.


Jika pem-format-an bejalan mulus, maka tampilan akan menjadi seperti pada gambar di bawah ini.


Selamat! Pem-format-an telah berhasil dilakukan.

Saya lebih suka menggunakan metode kedua ini dibandingkan dengan metode lain pada tutorial kali ini karena simpel. Meskipun begitu, metode ini juga memiliki kekurangan. Berikut Kelebihan dan kekurangan metode nomor dua menurut saya.

Kelebihan: Tidak memerlukan instalasi tambahan, merek flashdisk diperlihatkan, mudah dipahamai, tidak perlu meng-unmount terlebih dahulu.

Kekurangan: Tidak ada autentikasi sehingga rentan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Metode selanjutnya adalah dengan menggunakan aplikasi tambahan, yaitu dengan...
Menggunakan gParted
Metode kali ini menggunakan gParted, aplikasi yang populer untuk memanajemen berbagai macam disk, mulai dari flashdisk sampai dengan harddisk. Berikut adalah langkah-langkahnya.
berhubung program yang digunakan pada tutorial kali ini adalah gParted, maka bukalah gParted seperti biasa. Yah, seperti pada cara membuka program Disks pada metode nomor dua di atas. Buka Dash, ketikkan gParted pada kotak pencarian, lalu klik icon-nya. Jika Anda belum meng-install-nya, install gParted terlebih dahulu.


Berbeda dengan pada metode kedua, pada metode kali ini Anda diharuskan memasukkan password saat awal membuka program ini. Masukkan password sistem Ubuntu Anda, lalu tekan Enter.

Setelah jendela gParted terbuka, klik logo harddisk pada pojok kanan atas jendela program. Berikutnya akan muncul daftar disk yang tersedia. Pilihlah flashdisk yang Anda inginkan. Pada contoh kali ini, saya menargetkan /dev/sdb sebagai disk yang akan saya format.


Seperti pada metode pertama, pada metode ketiga ini Anda diwajibkan melepaskan kaitan flashdisk terlebih dahulu. Anda bisa mengeceknya dengan melihat apakah ada tanda kunci di samping alamat disk tersebut. Jika ada, lepaskan dulu kaitan dengan mengeklik kanan disk tersebut, lalu pilih Lepas Kaitan.


Jika ternyata tidak ada gambar kuncinya, Anda bisa langsung menuju ke langkah berikutnya.
Klik kanan lagi pada disk yang ingin Anda format, kemudian pilih Format jadi.


Anda bisa memilih format disk Anda setelah di-format. Pada contoh kali ini saya ingin mem-format-nya menjadi NTFS, jadi saya mengeklik pilihan tersebut.


Jika sudah, klik tanda centang yang berada pada barisan toolbar program. Icon tersebut bertujuan untuk menerapkan (a.k.a. apply) semua operasi yang telah Anda lakukan.


Jika Anda menemui jendela yang meminta konfirmasi dan ingin melanjutkan, klik saja Terapkan. Namun, jika Anda tidak yakin, klik saja Batal.


Tunggulah proses pem-format-an hingga selesai.


Jika muncul jendela seperti di bawah ini, berarti proses pemformatan berhasil dan selesai dilaksanakan.


Anda bisa mengeceknya dengan melihat hasilnya pada jendela gParted tersebut.



Metode ini membutuhkan instalasi program tambahan, yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Berikut adalah kekurangan dan kelebihannya menurut pengamatan saya.

Kelebihan: Membutuhkan autentikasi, tidak perlu menggunakan keyboard sama sekali.

Kekurangan: Membutuhkan instalasi terlebih dahulu, harus meng-unmount flashdisk terlebih dahulu, termasuk cara dengan proses paling ribet, informasi disk kurang rinci.

Setelah mempelajari tutorial-tutorial di atas, semoga Anda tercerahkan untuk memilih memilih metode yang paling sesuai dengan keinginan Anda. Dan yang paling penting, Anda sudah tahu caranya mem-format flashdisk di Ubuntu.

Meskipun judul dan isi tutorial kali ini saya menggunakan flashdisk sebagai objek, pada praktiknya Anda bisa menggunakan harddisk maupun disk lain sebagai target operasinya.

Cara Shutdown dan Restart Dengan Terminal Linux

Perintah Shutdown dan Restart Dengan Terminal ini bisa juga digunakan di Distro Linux lainnya. Cara otomatis Shutdown dan Restart ini sudah ada versi GUI-nya (bukan text) anda bisa mencoba Aplikasi Ini untuk alternatif menggunakan Terminal :

Qshutdown
Kshutdown
Gshutdown

Bagaimana Cara Shutdown Dan Restart Dengan Terminal?
1. Buka Terminal/Console
2. Ketikkan perintah yang ingin anda gunakan.. anda bisa lihat perintah-perintahnya di bawah ini :)

1. Shutdown
A. Shutdown dengan Terminal
sudo shutdown -h now

B. Shutdown otomatis dalam waktu tertentu dengan Terminal
sudo shutdown -h +5
artinya kita akan shutdown menunggu 5 menit

C.Shutdown otomatis dengan jam yang di tentukan dengan Terminal
sudo shutdown -h 10:00
ini artinya kita akan shutdown pada waktu jam 10:00

2. Restart
A. Restart dengan Terminal
sudo shutdown -r now

B. Shutdown otomatis dalam waktu tertentu dengan Terminal
sudo shutdown -r +5
artinya kita akan Restart menunggu 5 menit

C.Shutdown otomatis dengan jam yang di tentukan dengan Terminal
sudo shutdown -r 11:10
ini artinya kita akan Restart pada waktu jam 11:10 atau pada saat jam 11 lebih 10 menit

Catatan : untuk membatalkan perintah otomatis shutdown dan restart anda bisa mencoba 2 cara yaitu ketika keadaan Terminal belum di close dan sudah di close :

Jika Terminal masih terbuka, tekan tombol Ctrl dan C secara bersamaan
Jika Terminal sudah di close maka buka lagi Terminal dan ketikkan sudo shutdown -c